Liputan6.com, Jakarta - Kanker payudara merupakan salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan perempuan di Indonesia. Menurut data dari Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI), kanker ini menduduki posisi kedua sebagai penyebab kematian utama akibat kanker di kalangan perempuan.
Dengan lebih dari 66.000 diagnosis baru setiap tahunnya, angka kematian akibat kanker payudara mencapai 30 persen dari total kasus. Situasi ini sangat memprihatinkan dan memerlukan perhatian serta tindakan nyata dari semua pihak.
Baca Juga
Kanker Payudara Penyebab Kematian Nomor Berapa?
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua terbanyak di kalangan perempuan Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengungkapkan, hampir 70 persen kasus kanker payudara terdiagnosis pada stadium lanjut.
Advertisement
Oleh karena itu, penanganan kanker menjadi salah satu prioritas pemerintah, yang tertuang dalam Rencana Kanker Nasional 2024-2034.
Sebagai langkah lanjutan, Kemenkes RI akan menyusun Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara (RAN Kanker Payudara) dan mengadopsi rekomendasi dari A2KPI. Deteksi dini melalui pemeriksaan Sadari, Sadanis, serta USG dan mamografi sangat penting untuk meningkatkan peluang penyembuhan.
Apakah Kanker Payudara Bisa Sembuh Total?
Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo menegaskan bahwa kanker payudara dapat dikontrol jika terdeteksi dan diobati pada tahap awal. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat merupakan kunci untuk meningkatkan hasil pengobatan.
Â
Peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024-2034
Pada konferensi pers baru-baru ini, A2KPI mengapresiasi Pemerintah Indonesia atas peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024-2034.
Rencana ini bertujuan untuk mengurangi beban penyakit kanker payudara dan menurunkan angka kematian sebesar 2,5 persen per tahun, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative.
Ini merupakan langkah signifikan dalam upaya pemerintah untuk menangani masalah kesehatan ini secara komprehensif.
Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan salah satu penggagas A2KPI, Linda Agum Gumelar, menjelaskan, RAN Kanker Payudara sangat penting sebagai peta jalan untuk mencapai sasaran penurunan angka kematian akibat kanker payudara.
Indikator yang harus dicapai meliputi 60 persen kasus terdeteksi secara dini, diagnosis ditegakkan dalam 60 hari, dan 80 persen pasien menerima pengobatan multimodalitas.
Advertisement
Kanker Payudara Stadium 3 Apa Bisa Sembuh?
Data dari Global Cancer Observatory (Globocan) 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 48 persen pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20 persen pada Stadium IV, dengan prognosis yang sangat buruk.
Dalam waktu 12 bulan setelah diagnosis, 70 persen pasien mengalami kematian atau masalah finansial. Ini menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman tentang kanker payudara perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat.
A2KPI menekankan pentingnya penyusunan Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara (RAN Kanker Payudara) yang terintegrasi dengan Rencana Kanker Nasional. RAN ini diharapkan dapat menjadi panduan yang jelas untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara.
Ketua A2KPI, Aryanthi Baramuli Putri, mengingatkan bahwa strategi ini harus dilengkapi dengan rencana pendanaan yang memadai agar dapat diimplementasikan secara efektif.
Â
Kesiapan Masyarakat dan Kolaborasi Lintas Sektoral
Dukungan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan organisasi kesehatan, sangat diperlukan.Â
A2KPI menyatakan kesiapan untuk berkontribusi dalam penyusunan RAN Kanker Payudara, memastikan bahwa rencana ini selaras dengan kebutuhan pasien.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, penanganan kanker payudara dapat dilakukan secara lebih efektif.
Dalam upaya ini, edukasi mengenai kanker dan pentingnya deteksi dini harus menjadi prioritas agar lebih banyak perempuan yang terlibat dalam menjaga kesehatan payudara mereka.
Advertisement