Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan pengobatan kanker meningkatkan peluang kesintasan pasien. Meski begitu, tetap ada konsekuensi masalah kesehatan jangka panjang atau disebut late effects.
Menurut dokter spesialis hemato-onkologi anak, Ganda Ilmana, efek jangka panjang pengobatan atau late effects dari pengobatan kanker adalah masalah kesehatan yang bisa muncul dalam bulan hingga tahun setelah pengobatan selesai.
Baca Juga
“Data menunjukkan, sekitar 60-90 persen survivor melaporkan setidaknya satu masalah kesehatan kronik, dan 20-80 persen survivor mengalami komplikasi berat hingga mengancam nyawa di masa dewasa,” kata Ganda dalam Survivor Cancer Camp bersama Cancer Buster Community (CBC) mengutip keterangan pers, Senin (4/11/2024).
Advertisement
Efek jangka panjang pengobatan kanker dapat berupa masalah fisik maupun non fisik, lanjut Ganda. Misalnya, gangguan organ dan fungsi tubuh, gangguan tumbuh kembang, gangguan berpikir, belajar dan mengingat, hingga gangguan sosial dan psikososial. Namun yang paling ditakuti adalah munculnya kanker sekunder.
Late effects ini bisa merupakan hasil dari operasi, kemoterapi, radiasi, maupun transplantasi yang merupakan modalitas pengobatan kanker.
"Efek pengobatan jangka panjang bisa dipicu dari faktor penyakitnya, seperti jenis kanker termasuk lokasi dan penyebarannya. Kemudian faktor pengobatan, apakah jenis pengobatannya banyak dan lama, dan juga faktor pasien seperti kondisi kesehatan umum, usia saat terdiagnosis kanker, genetik, riwayat keluarga, dan lain-lain," jelas Ganda.
Pemeriksaan follow-up rutin sangat penting untuk mendeteksi adanya late effect atau rekurensi kanker, sambung Ganda. Para survivor wajib setidaknya melakukan check up kesehatan satu kali dalam setahun.
Soal Survivor Cancer Camp
Edukasi soal late effect pengobatan kanker disampaikan dalam rangkaian Survivor Cancer Camp pada 1 hingga 3 November 2024 oleh Cancer Buster Community.
Dalam acara ini, komunitas penyintas kanker anak diajak outing untuk bersosialisasi dan mendapatkan berbagai materi seminar atau training.
Kegiatan ini diikuti oleh 45 orang penyintas yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Jogja, Solo dan memiliki latar belakang kanker yang beragam.
CBC sendiri adalah sebuah komunitas para penyintas kanker anak yang anggotanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sejak dibentuk tahun 2006, CBC yang kini memiliki sekitar 200 anggota telah melakukan banyak kegiatan yang tujuannya bermanfaat bagi pasien, penyintas, maupun masyarakat luas. Tahun ini, Survivor Cancer Camp baru diadakan lagi setelah sempat berhenti sejak Pandemi COVID-19 2019.
Advertisement
Materi bagi Para Penyintas Kanker
Acara yang diadakan di Lembah Hijau Ciloto Puncak Jawa Barat ini dipadati dengan tiga sesi workshop yang dibawakan oleh tiga narasumber. Yaitu Ali Zaenal Abidin seorang motivator, dr. Ganda Ilmana, dan psikolog anak, Widiawati Bayu.
Ali Zaenal Abidin membawakan tema workshop “Personal Development” yang mengajarkan para peserta bahwa semua yang terjadi dalam diri manusia bermula dari pikiran lengkap dijelaskan dengan kinerja biologisnya. Para peserta diajak untuk memiliki kesadaran penuh dalam mengendalikan pikiran agar dapat membentuk hal-hal baik.
Sementara, psikolog Widiawati Bayu memaparkan tentang pentingnya aktualisasi diri bagi para penyintas kanker anak.
“Para penyintas dapat melihat sisi positif dan kelebihan dari diri masing-masing, tujuannya agar setiap dari penyintas menyadari potensi dirinya sehingga dapat lebih menghargai diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian negatif dari orang lain,” papar Widiawati.
Berikan Harapan dan Dukungan pada Penyintas Kanker
Ketua pelaksana CBC Survivor Cancer Camp 2024, Fahira, menjelaskan bahwa tema “Rise&Shine: Surviving Into the Future” diambil dengan harapan dapat memberikan kekuatan, harapan dan dukungan bagi para peserta dalam menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Dalam Sesi Talkshow & Sharing, beberapa peserta membagikan kisahnya masing-masing yang menjadi sumber inspirasi baru bagi setiap peserta yang hadir.
Contohnya Cantika dan Umar, penyintas asal Solo yang baru pertama kali mengikuti Survivor Cancer Camp mengungkapkan bahwa mereka termotivasi bergabung dengan CBC karena mereka merasakan kehadiran dan support dari para survivor membuat mereka lebih semangat menjalani pengobatan. Hal ini tentu membuat seluruh para peserta lebih semangat lagi menggaungkan semangat juang survivor.
Faris, penyintas asal Jogja yang mempunyai kondisi disabilitas mengatakan bahwa dia jadi lebih percaya diri sejak tergabung dalam komunitas CBC. Dan setiap materi yang pernah dia ikuti selama Survivor Cancer Camp merupakan ilmu-ilmu tak terlupakan yang menjadi bekal dalam melanjutkan kehidupan.
Ketua Cancer Buster Community, Saprita mengungkapkan rasa bahagia dan bangga bahwa komunitas yang dia bangun bersama rekan-rekannya sesama survivor sejak 2006 ini dapat menjadi wadah yang bermanfaat bagi banyak pihak, dia terus berharap CBC menjadi komunitas yang lebih besar, kuat dan solid.
“Seluruh peserta CBC berharap kegiatan Survivor Cancer Camp ini menjadi kegiatan rutin yang diadakan setiap tahunnya,” pungkas Saprita.
Advertisement