Liputan6.com, Jakarta - Bepergian atau traveling bagi banyak orang adalah kegiatan menyenangkan dan sering dijadwalkan rutin, misalnya setiap tiga hingga enam bulan. Namun, bagaimana cara menikmati wisata kuliner lokal tanpa khawatir kenaikan berat badan atau risiko diabetes?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Travel Health Expert Eka Hospital BSD, dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD, menjelaskan bahwa traveling memerlukan perhatian ekstra untuk menjaga kesehatan, terutama bagi penderita diabetes yang membutuhkan pengelolaan gula darah ketat.
Baca Juga
"Orang sekarang lebih mudah memutuskan untuk traveling, terutama pasca-COVID-19, mungkin karena merasa ingin 'balas dendam' setelah lama tak bisa bepergian. Banyak yang memilih wisata kuliner sebagai tujuan utama, ini yang perlu diperhatikan," ujar Rudy.
Advertisement
Wisatawan tetap bisa menikmati makanan lokal tanpa merasa bersalah, misalnya dengan memilih traveling bersama teman, sehingga bisa berbagi makanan atau minuman manis.
"Saat mencoba menu baru, meskipun tampak enak, jangan habiskan satu porsi penuh. Biasanya saat traveling, orang bisa makan hingga lima atau enam kali sehari, jadi kurangi porsinya," kata Rudy.
Bagi solo traveler, penting untuk sadar dalam membatasi porsi makan. Alternatifnya, tingkatkan aktivitas fisik, baik sebelum maupun selama perjalanan.
Namun, sekadar berjalan kaki dari satu tempat kuliner ke tempat lain tak cukup untuk membakar kalori dari makanan manis.
"Misalnya, berjalan kaki satu kilometer hanya membakar 80 kalori, sementara satu porsi penuh Thai tea mengandung 500 kalori. Jadi, harus berjalan hingga 7 kilometer untuk membakarnya. Siasatnya, tetap berbagi porsi," kata Rudy.
Pasien Diabetes Wajib Bawa Obat Cukup Selama Traveling
Rudy menekankan pentingnya membawa persediaan obat yang cukup saat bepergian, terutama bagi mereka dengan penyakit bawaan seperti diabetes, jantung, atau kolesterol.
Penderita diabetes, misalnya, disarankan membawa insulin, obat oral, dan alat pengukur gula darah dalam jumlah lebih dari yang biasa, sebagai antisipasi terhadap kemungkinan keterlambatan atau perubahan rencana.
"Apalagi jika perjalanan ke luar negeri, belum tentu ada merek obat yang sama di sana," kata Rudy.
Selain itu, pastikan semua obat disimpan di tempat yang mudah dijangkau dan sesuai instruksi penyimpanan, seperti insulin yang perlu disimpan di tempat sejuk.
Advertisement
Diperlukan vaksinasi
Rudy menekankan pentingnya vaksinasi bagi diabetesi sebelum melakukan perjalanan, selain menjaga aktivitas fisik dan pola makan. Vaksinasi dapat membantu mencegah komplikasi serius yang rentan dialami penderita diabetes.
Contohnya, vaksin influenza yang disarankan dilakukan setahun sekali untuk mencegah komplikasi serius akibat flu. Selain itu, vaksin pneumonia penting bagi diabetesi, terutama yang berisiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun atau dengan kondisi kesehatan lain.
Infeksi pneumokokus dapat memperburuk kondisi diabetes dengan memengaruhi paru-paru. Vaksin hepatitis B juga diperlukan untuk melindungi fungsi hati, disesuaikan dengan negara tujuan. Vaksin lain seperti Tetanus, Difteri, Pertusis (TDAP), dan Herpes Zoster (Shingles) juga direkomendasikan.