Liputan6.com, D.I Yogyakarta - Deputi Pemantauan dan Pengawasan Badan Gizi Nasional (BGN), Mayjen TNI (Purn) Dadang Hendrayudha mengatakan bahwa inisiatif kolaborasi berbagai pihak dalam 'Uji Coba Program Makan Bergizi Generasi Maju' di SD Muhammadiyah Ambarketawang 1, Sleman, Yogyakarta, memiliki dampak signifikan yang menjangkau berbagai aspek sosial dan ekonomi.
"Tidak hanya bagi penerima manfaat langsung, tapi juga bagi ekonomi dan lapangan pekerjaan," kata Dadang pada Rabu, 13 November 2024.
Baca Juga
Potret Antusiasme Murid SD di Sleman Menikmati Makan Bergizi: Nutrisi Sehat dengan Sentuhan Cinta Lingkungan
Update 22 Pemain Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024, Bintang Muda Armando Obet hingga Kakang Rudianto Siap Tampil Maksimal
Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Gadget, Orang Tua Wajib Lakukan Tips Efektif Ini
Kolaborasi untuk Kesejahteraan Bersama
Dadang menekankan bahwa program ini tidak bisa berjalan hanya dengan keterlibatan satu pihak. "Hampir semua kementerian terlibat, mulai dari Kementerian Kesehatan, Pertanian, hingga Kementerian Koperasi. Program ini benar-benar menyentuh masyarakat secara langsung," katanya.
Advertisement
Dia lalu menggambarkan program ini sebagai 'program yang membuat semua orang bahagia' atau 'everybody happy', karena melibatkan banyak pihak dan menciptakan manfaat bersama.
Membuka Lapangan Kerja Melalui Dapur Sentral
Salah satu dampak signifikan yang disorot Dadang adalah penciptaan lapangan pekerjaan di wilayah Yogyakarta.
Saat ini, terdapat sekitar 200 ribu anak sekolah dari PAUD hingga SMA yang membutuhkan akses makanan bergizi.
Setiap dapur sentral (central kitchen) yang dikelola program ini dapat melayani antara 3.000 hingga 5.000 siswa per hari, sehingga dibutuhkan sekitar 60 dapur sentral untuk melayani seluruh siswa.
"Satu dapur memerlukan sekitar 47 pekerja. Dengan 60 dapur, ini berarti membuka ratusan lapangan pekerjaan baru," jelas Dadang.
Â
Masyarakat Ikut Terlibat dalam Penyediaan Bahan Baku
Selain itu, masyarakat sekitar juga dapat terlibat dalam berbagai kegiatan terkait program ini, seperti peternakan ikan, ayam, dan sektor lainnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan.
"Program ini memberikan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat," kata Dadang.
"Tidak hanya anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi, tapi orang tua mereka juga bisa turut terlibat dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan keluarga," tambahnya.
Advertisement
Tantangan dan Peluang di Program Makan Bergizi Generasi Maju
Hal senada juga diungkap Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Food Security Review (IFSR), I Dewa Made Agung, yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi masalah ketahanan pangan dan gizi di Indonesia.
Agung, mengatakan, memberikan manfaat kepada masyarakat luas bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan sendirian, melainkan membutuhkan kerja sama antara berbagai pihak, baik itu pemerintah, swasta, lembaga akademik, maupun masyarakat.
Dia menjelaskan bahwa untuk memastikan bahwa nutrisi yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan gizi, kolaborasi antar lembaga yang berwenang sangat penting.
Kementerian Kesehatan, misalnya, memiliki otoritas dalam menetapkan standar gizi yang harus dipenuhi dalam setiap program pangan.
Selain itu, sertifikasi halal dan keamanan pangan juga menjadi perhatian, yang bisa dikelola dengan melibatkan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal serta Kementerian Agama.
Menurut Agung, sektor swasta juga memiliki peran besar, khususnya dalam hal logistik dan distribusi. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa setiap aspek dalam pemberian makanan yang bergizi bisa terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
Â
Dampak Positif yang Patut Diapresiasi
Agung menjelaskan bahwa program nutrisi berdampak positif pada ekonomi keluarga. Dengan biaya sekitar Rp15.000 per porsi, orang tua dapat menghemat pengeluaran untuk anak-anak mereka, yang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain seperti alat pertanian atau tabungan pendidikan.
Agung menekankan bahwa program ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa hasil positif di bidang gizi dan pendidikan.
Dalam pilot project yang sedang berjalan, Agung mengusulkan kolaborasi antara berbagai pihak, seperti UMB Boga, Kementerian Kesehatan, ahli gizi, dan Indonesia History TVÂ guna memastikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi dan untuk mengukur dampaknya terhadap masyarakat.
PT Sariusa juga terlibat dengan menyediakan tambahan nutrisi, seperti susu, untuk meningkatkan kualitas gizi.
Agung juga menekankan pentingnya prinsip zero waste, agar program tidak menghasilkan sampah yang merugikan lingkungan.
Kolaborasi ini mendukung ketahanan pangan yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat, selaras dengan tujuan IFSR untuk menciptakan generasi yang sehat dan produktif.
Â
Advertisement