Sukses

Penyakit Ginjal Kronis Tak Cuma Intai Lansia, Deteksi Dini dan Akses Perawatan Jadi Aspek Penting

Kasus hipertensi dan diabetes yang kini mulai terjadi pada usia lebih muda membuat bukan cuma lansia yang rentan alami penyakit ginjal kronis.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit ginjal kronis (PGK) kini bukan cuma menjadi ancaman serius pada kelompok lanjut usia (lansia). Kasus hipertensi dan diabetes yang kini mulai terjadi pada usia lebih muda membuat orang dewasa juga rentan mengalami kondisi kerusakan ginjal baik dari struktur atau fungsi tersebut.

Penyakit ginjal kronis berkembang secara perlahan-lahan. Tanda-tanda awal mungkin tidak terlalu jelas, sehingga penting untuk memantau kesehatan ginjal secara rutin. Apalagi jika memiliki faktor risiko seperti diabetes atau hipertensi.

Maka dari itu pemeriksaan darah dan urine secara berkala dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal.  Jika ketahuan lebih dini maka pengobatan dan manajemen yang tepat dapat dimulai.

Namun, bila penyakit ginjal kronik sudah dalam keadaan lanjut di mana sudah memerlukan tindakan cuci darah atau hemodialisis.

Data dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan bahwa kebutuhan akan hemodialisis terus meningkat setiap tahunnya. Dari tahun 2007 hingga 2020, jumlah prosedur cuci darah meningkat. Lalu, pada 2021, hemodialisis menjadi salah satu prosedur medis yang paling banyak dilakukan.

Guna mendukung layanan kesehatan nasional PT Itama Ranoraya Tbk mendistribusi mesin hemodialisis ke berbagai daerah di Tanah Air bersama dengan PT Kencana Pilar Mandiri dan PT Trimitra Sehati. Puluhan kontrak kerja sama operasional untuk mesin hemodialisis telah disepakati dengan rumah sakit dan klinik utama di berbagai wilayah di Indonesia.

“Distribusi mesin hemodialisis ini adalah langkah konkret kami untuk memberikan akses yang lebih baik kepada pasien ginjal kronis di seluruh Indonesia," kata Heru Firdausi Syarif, Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk.

2 dari 3 halaman

Cegah Penyakit Ginjal Kronik dengan Jalani Hidup Sehat

Sebelum penyakit ginjal kronik datang maka hal itu bisa dicegah dengan menjalankan gaya hidup sehat sejak dini. Diantaranya dengan minum air putih sekitar 2 liter per hari, menghindari konsumsi minuman manis, membatasi asupan garam, tidak merokok, rutin berolahraga, dan menjaga pola makan agar berat badan tetap ideal.

Bila mengutip cara Kementerian Kesehatan denngan menerapkan perilaku “CERDIK”, yaitu:

C: Cek/periksa Kesehatan secara berkala

E: Enyahkan asap rokok. Baik perokok pasif maupun perokok aktif sama sama berisiko untuk mengalami kejadian penyakit jantung paru yang dapat menyebabkan beban ginjal yang semakin meningkat

R: Rajin aktifitas fisik. Lakukan olahraga yang terukur dan terjadwal minimal 15 menit per hari atau 90 menit semiggu

D: Diet sehat dengan kalori yang seimbang. Mengkonsumsi sumber nutrisi yang seimbang dan membatasi konsumsi makanan instan, tinggi garam, gula dan minyak. Dengan mengatur pola makan juga dapat menjaga berat badan yang ideal.

I: Istirahat yang cukup. Minimal 6-8 jam sehari

K: Kelola stress. Stress yang berlebihan dapat meningkatkan inflamasi yang berlangsung kronik.

 

3 dari 3 halaman

Kebanyakan Berawal dari Hipertensi dan Diabetes

Mengutip laman Kementerian Kesehatan penyebab terbanyak gagal ginjal kronik di Indonesia adalah penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang tidak terkontrol. Konsumsi obat secara teratur untuk menjaga tensi dan kadar gula darah adalah salah satu cara untuk menjaga tubuh termasuk ginjal tidak makin rusak.

Namun, sayangnya masih banyak yang tidak teratur makan obat hipertensi atau diabetes. Padahal semakin tidak terkendalinya gula darah atau tekanan darah maka akan semakin mempercepat progresivitas kedua penyakit tersebut dan terjadilah komplikasi salah satunya adalah gagal ginjal. 

Selain hipertensi dan diabetes, penyebab gagal ginjal lainnya adalah: infeksi ginjal berulang, penyakit autoimun, penyakit ginjal polikistik, pembesaran prostat, konsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS) jangka lama dan tanpa pengawasan dokter.