Sukses

Kanker Rektum: Kenali Gejala, Penyebab dan Inovasi Terkini Pengobatannya

Banyak masyarakat yang sudah pernah mendengar tentang kanker kolon tapi ternyata keganasan juga bisa terjadi pada rektum atau kanker rektum yakni keganasan sel-sel kanker yang terjadi pada bagian usus paling bawah sampai dengan anus.

Liputan6.com, Jakarta Kanker kolorektal atau kanker usus besar adalah keganasan yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan rektum (bagian usus paling bawah sampai anus). Mengenai penamaannya bisa kanker kolon atau kanker rektum tergantung pada bagian yang terkena.

Banyak masyarakat yang sudah pernah mendengar tentang kanker kolon tapi ternyata keganasan juga bisa terjadi pada rektum atau kanker rektum.

Dokter spesialis bedah digestif Eko Priatno mengatakan hingga kini penyebab kanker rektum tidak selalu diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker rektum diantaranya: 

  • riwayat keluarga
  • pola makan rendah serat tinggi lemak
  • obesitas
  • kurang aktivitas fisik
  • serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol

Gejala Kanker Rektum

Dokter Eko Priatno yang sehari-hari praktik di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini mengungkapkan bahwa gejala kanker rektum bisa bervariasi. Mulai dari perubahan pola buang air besar, adanya darah pada tinja, rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada area perut bawah, hingga penurunan berat badan tanpa sebab jelas.

 

2 dari 4 halaman

Penanganan Bedah Kanker Rektum dengan Inovasi Terkini

Mengingat posisi rektum dekat dengan anus atau dubur maka hal tersebut kerap menimbulkan kekahwatiran bagi pasien. Kecemasan tersebut terkait soal kemungkinan kehilangan anus.

Kabar baiknya, teknologi kedokteran yang semakin berkembang maka kini ada solusi inovatif yang memungkinkan pasien dengan kanker rektum tetap mempertahankan anus.

Eko Priatno mengatakan Perkembangan teknik imaging seperti MRI dan Endorectal Ultrasound, memungkinkan dokter untuk memetakan secara tepat lokasi dan penyebaran tumor pada rektum.

Teknik ini sangat membantu dalam menentukan keterlibatan tumor terhadap otot di dasar panggul dan otot sfingter ani yang berperan penting dalam fungsi anus. Dengan informasi yang lebih akurat dari hasil imaging, tim dokter dapat merencanakan operasi yang lebih presisi dan aman.

"Teknologi imaging modern menjadi kunci dalam menilai dan menangani kanker rektum dengan lebih baik. Ini memberi kami peluang untuk mempertahankan fungsi anus pada pasien dengan cara yang sebelumnya sulit dilakukan. Melalui teknik seperti Intersphincteric Resection, kami bisa mengangkat bagian rektum yang terkena kanker tanpa mengorbankan fungsi anus pasien,” kata Eko Priatno.

 

3 dari 4 halaman

Teknik Canggih Angkat Sebagian Rektum

Lebih lanjut, metode yang kini banyak diterapkan di Bethsaida Hospital adalah Intersphincteric Resection.

Eko Priatno menjelaskan bahwa Intersphincteric Resection adalah sebuah teknik bedah canggih yang memungkinkan pengangkatan sebagian rektum yang terlibat kanker tanpa menghilangkan seluruh anus.

Dalam prosedur ini, bagian rektum yang terkena kanker dipotong dengan hati-hati dan minimal invasif. Sehingga menjaga otot sfingter ani tetap utuh sehingga pasien masih bisa mengontrol fungsi buang air besar secara normal setelah operasi dan mengontrol buang air besar.

Proses ini adalah salah satu tindakan bedah digestif yang membutuhkan ketelitian dan keahlian khusus.

“Klinik Digestif Bethsaida Hospital Gading Serpong berdedikasi untuk memberikan perawatan yang paling mutakhir dan komprehensif bagi pasien-pasien dengan kanker rektum dan penyakit pencernaan lainnya,” kata Direktur Bethsaida Hospital, dokter Pitono.

 

4 dari 4 halaman

Upaya Pencegahan Kanker Rektum

Seperti kanker lain, maka penerapan hidup sehat menjadi kunci. Kementerian Kesehatan RI menggaungkan penerapan Hidup CERDIK untuk mencegah atau mendeteksi dini kanker.

CERDIK ini merupakan kepanjangan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.

Video Terkini