Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terkini menemukan bahwa membuat beberapa keputusan sulit sekaligus bisa melemahkan area otak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian diri. Hal ini membuat mereka "tertidur" dan mengarah pada perilau agresif atau impulsif.
Penelitian ini mengeksplorasi teori kontroversial “penipisan ego”, gagasan bahwa kita memiliki energi mental yang terbatas untuk tugas-tugas seperti pengambilan keputusan atau menolak godaan, dan menipisnya cadangan energi tersebut menyebabkan berkurangnya kemauan dan lebih banyak pilihan yang buruk.
Baca Juga
Untuk penelitian ini, para ilmuwan dari IMT School for Advanced Studies Lucca di Italia ingin melihat bagaimana “penipisan ego” mempengaruhi aktivitas otak.
Advertisement
Para peneliti mengukur aktivitas listrik di otak para partisipan saat mereka bermain game.
Mereka membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol, dan menemukan bahwa peserta yang mengalami kelelahan mental menjadi lebih tidak kooperatif seiring berjalannya waktu.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa kelelahan mental memiliki dampak terukur pada perilaku dan, ketika tingkat kelelahan tertentu terjadi, orang cenderung berperilaku bermusuhan,” kata Erica Ordali, peneliti di IMT School dan First penulis makalah tersebut, dilansir New York Post.
Tim Ordali menemukan bahwa menghabiskan hanya 45 menit untuk tugas-tugas fungsi eksekutif seperti membuat rencana dan memecahkan masalah meningkatkan kemungkinan Anda terlibat dalam tindakan agresif dalam situasi sosial.
Perubahan Perilaku dengan Area Otak yang Berfungsi Dalam Pengambilan Keputusan
Mereka mengaitkan perubahan perilaku dengan aktivitas seperti tidur di area otak depan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Pelepasan area-area ini menjelaskan berkurangnya kemampuan pengendalian diri, kata para peneliti. Temuan ini dipublikasikan di jurnal PNAS.
“Secara keseluruhan, temuan ini memiliki implikasi penting terhadap berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk transaksi ekonomi dan perjanjian hukum, karena temuan ini menunjukkan bahwa ketika otak 'lelah', kita mungkin membuat pilihan yang bahkan bertentangan dengan kepentingan kita sendiri,” kata Pietro Pietrini, salah satu penulis makalah dan direktur Molecular Mind Lab di IMT School.
Namun tidak semua orang menganut teori “penipisan ego”.
Sebuah studi skala besar pada tahun 2020 tidak menemukan bukti efek deplesi setelah meminta partisipan menyelesaikan tugas yang melibatkan mencoret huruf “e” pada selembar teks dalam keadaan tertentu atau menulis cerita tentang perjalanan baru-baru ini tanpa menggunakan kata-kata yang mengandung kata-kata. huruf “a” atau “n.”
“Kami menguji hipotesis penipisan ego pada lebih dari 3500 peserta di 36 laboratorium independen, yang menggunakan salah satu dari dua protokol eksperimental,” tulis penulis penelitian tersebut.
“Hasilnya mengarahkan kami pada kesimpulan bahwa penipisan tidak dapat diandalkan atau sekuat yang diasumsikan sebelumnya.”
Advertisement