Sukses

GAVI 6.0 Bahas Kesenjangan Akses Vaksin dan Masa Depan Imunisasi Global

Dalam pertemuan Board Member Meeting GAVI yang berlangsung di Bali pada Rabu (4/12), kebijakan baru GAVI 6.0 menjadi salah satu tema utama yang dibahas.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, menjelaskan bahwa kebijakan GAVI 6.0 mencakup diskusi terkait eligibility, transition, dan co-financing (Eltraco), serta fase katalitik yang menjadi fokus utama.

“Indonesia, yang telah lulus dari keanggotaan GAVI, tetap berharap mendapat dukungan lebih lanjut, meskipun telah mencapai status graduation,” ujar dr. Prima dalam keterangannya usai pertemuan pertama Board Member Meeting di Bali.

Dalam pertemuan Board Member Meeting GAVI yang berlangsung di Bali pada Rabu (4/12), kebijakan baru GAVI 6.0 menjadi salah satu tema utama yang dibahas.

Menurut Prima, negara-negara yang berada pada posisi serupa dengan Indonesia masih membutuhkan bantuan untuk memastikan akses terhadap vaksin dan fasilitas kesehatan yang lebih baik. Hal ini termasuk kebutuhan akan vaksin baru yang direncanakan akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan.

Sebagai aliansi global, GAVI bertujuan meningkatkan akses vaksin di negara-negara berkembang untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah. Dukungan ini diwujudkan melalui pengadaan vaksin yang terjangkau, penguatan sistem imunisasi, dan kolaborasi dengan mitra global guna memperluas cakupan vaksinasi secara berkelanjutan.

“Indonesia telah menerima dukungan dari GAVI selama lebih dari dua dekade, yang berdampak signifikan terhadap peningkatan cakupan imunisasi dan percepatan peluncuran vaksin baru,” kata Prima.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan apresiasi terhadap kemajuan program imunisasi Indonesia yang sebagian besar didukung oleh bantuan GAVI. Pencapaian ini juga mendapat pengakuan dari delegasi negara lain dalam pertemuan tersebut.

“Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kebijakan strategis yang tidak hanya berdampak positif bagi Indonesia, tetapi juga mendukung negara-negara lain untuk memperkuat akses terhadap vaksin dan fasilitas kesehatan,” tambah Prima.

 

2 dari 3 halaman

Usulan Menkes Budi Gunadi

Pada Board Meeting yang dilaksanakan Kamis (5/12), Menkes Budi Gunadi mengusulkan inovasi yang mencakup reformasi pendanaan dan system pengadaan untuk mendukung negara-negara yang telah keluar dari daftar penerima manfaat GAVI.

Selama 22 tahun Indonesia-GAVI berkolaborasi, telah membawa Indonesia bertransisi dari negara pelaksana yang menerima dukungan vaksin dan imunisasi menjadi negara yang membiayai sendiri program vaksinasinya. Dengan demikian Indonesia telah lulus dari program penerima manfaat GAVI.

“Penting untuk menciptakan mekanisme seperti formalisasi alumni GAVI yang memungkinkan negara-negara eks penerima GAVI tetap mendapat dukungan dalam penguatan imunisasi dan pembiayaan,” ujar Menkes Budi.

 

3 dari 3 halaman

Perluas Basis Donatur

Model ini, lanjutnya, tidak menggunakan dana GAVI secara langsung, tetapi memperluas basis donatur melalui kontribusi sukarela dari alumni, mirip dengan konsep iuran tahunan di institusi pendidikan tinggi di Amerika.

“Gavi Alumni bukan hanya untuk membuat jaringan negara-negara yang telah mendapat dukungan dari Gavi donatur, tetapi juga membuka kesempatan Gavi untuk menerima donatur dari negara,” ujarMenkes.

Dengan bergabung ke dalam Pool ini, negara-negara dapat memperoleh harga yang lebih kompetitif.