Liputan6.com, Jakarta - Orangtua perokok tak hanya memicu penyakit bagi diri sendiri tapi juga anak-anaknya. Selain menyerang paru, kebiasaan merokok juga memicu dampak jangka panjang pada anak yakni stunting.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, anak dari orangtua perokok memiliki risiko lebih tinggi alami stunting.
Baca Juga
“Setengah dari perokok memulai kebiasaan ini di 15-19 tahun. Masalah lainnya, permasalahan tingginya angka stunting juga disebabkan karena perilaku merokok. Anak dari orang tua perokok memiliki risiko 5,5 persen lebih tinggi terindikasi stunting dibanding anak dari orang tua bukan perokok,” kata Nadia dalam Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Advertisement
“Maka itu jika ingin menurunkan angka kejadian stunting, kita harus mengendalikan faktor penyebabnya dulu, salah satunya merokok,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra, menyoroti tingginya prevalensi perokok anak.
Menurutnya, prevalensi perokok anak usia 10 hingga 18 tahun di Indonesia masih memprihatinkan, angkanya mencapai 7,4 persen atau setara 6 juta anak.
“Fakta ini memperparah isu pembangunan seperti stunting, pengeluaran rumah tangga tidak sehat, dan kemiskinan struktural,” ujarnya.
IYCTC juga menyoroti hasil Pemilu dan hasil sementara Pilkada 2024 melalui pemetaan sikap di situs www.pilihantanpabeban.id.
“Kami menemukan jumlah politisi dan pemangku kebijakan yang terpilih saat ini hanya sedikit yang pro pengendalian rokok, termasuk mereka yang mendukung PP nomor 28 tahun 2024 tentang Kesehatan. Justru lebih dari 100 pemangku kebijakan secara terbuka memihak industri rokok dan sebagian di antaranya terafiliasi punya konflik kepentingan dengan industri rokok,” lanjut Manik.
Peran Penting Anak Muda dalam Pengendalian Rokok
Sementara itu, Founder and CEO Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Diah Satyani Saminarsih, menggambarkan peran penting anak muda dalam pengendalian konsumsi rokok.
“Ketika anak muda bergerak bersama, perubahan menjadi tidak terelakkan. Kehadiran anak-anak muda merupakan pendorong utama lahirnya kebijakan pengendalian konsumsi rokok. Dari sisi fiskal maupun non-fiskal kita perlu banyak berbenah untuk meningkatkan upaya pengendalian konsumsi rokok,” ucap Diah.
“Oleh karena itu, upaya menaikkan cukai rokok dan menyederhanakan golongan tarif cukai menjadi sangat dibutuhkan,” imbuhnya.
Advertisement
Tantangan Anak Muda Hindari Rokok
Hasil reses Dewan Perwakilan Remaja (DPRemaja) menggambarkan berbagai tantangan nyata yang dihadapi masyarakat di berbagai daerah.
Warung rokok masih menjamur di sekitar sekolah, mempermudah akses anak-anak terhadap rokok. Ruang publik, seperti taman kota dan fasilitas olahraga, yang seharusnya menjadi tempat sehat untuk warga, justru menjadi titik kumpul aktivitas merokok.
Tidak hanya itu, kebiasaan merokok di rumah kerap menjadikan anak-anak perokok pasif, menciptakan ancaman serius bagi kesehatan mereka, seperti stunting dan gangguan pernapasan kronis. Budaya lokal juga sering kali digunakan sebagai kedok untuk mempromosikan konsumsi rokok, bahkan di acara adat atau keagamaan.
Puntung Rokok Jadi Sampah Terbanyak di Kawasan Olahraga
Salah satu anggota DPRemaja dari Lampung mengungkap fakta mengejutka, yakni puntung rokok kini menjadi salah satu sampah terbanyak di kawasan olahraga. Sehingga mencemari lingkungan dan merusak ruang publik.
Adapun, anggota DPRemaja lainnya dari Jawa Tengah yang menunjukkan keberhasilan pada program diversifikasi tanaman non-tembakau untuk para petani lokal sebagai upaya untuk membuka peluang baru di sektor pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Temuan dari para anggota DPRemaja tersebut juga turut disampaikan kepada pemangku kebijakan di daerahnya melalui kampanye publik hingga audiensi secara langsung. Baik kepada pejabat daerah setempat maupun calon Gubernur atau Calon Wali Kota di masing-masing wilayah reses mereka.
Harapannya, terdapat perubahan kebijakan pengendalian rokok yang lebih kuat hingga ke level daerah. Hal ini pun dituangkan dalam buku rekomendasi kebijakan yang disampaikan dalam acara tersebut.
Advertisement