Liputan6.com, Jakarta Istilah silver society merujuk pada masyarakat berusia 65 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia). Ada anggapan bahwa orang yang tua renta sudah tak mampu berkontribusi di berbagai sektor.
Padahal, silver society menjadi alasan di balik berkembangnya silver economy. Seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.
Baca Juga
Menurutnya, silver society atau masyarakat lansia memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis kebutuhan lansia, yang dikenal sebagai silver economy.
Advertisement
Pratikno menekankan bahwa silver society bukan hanya tantangan demografi, tetapi juga peluang besar pembangunan ekonomi. Pasalnya, lansia memiliki kebutuhan yang khas yang bisa mendorong pertumbuhan berbagai sektor ekonomi.
Silver economy dan lansia dengan segala kebutuhan spesifiknya memicu pertumbuhan di berbagai sektor seperti layanan kesehatan, teknologi ramah lansia, dan pariwisata berkelanjutan.
“Dalam silver economy, kebutuhan lansia yang spesifik, seperti alat bantu kesehatan, terapi rehabilitasi, dan layanan publik yang ramah lansia membuka potensi besar bagi investasi dan inovasi,” ujar Pratikno saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Pensiunan Indonesia di Kantor BPSDM Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Selatan, pada Kamis (5/12/2024).
Kontribusi Lansia dalam Pembangunan Bangsa
Selain itu, Pratikno menekankan bahwa lansia juga berperan aktif memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan bangsa.
“Lansia memiliki pengalaman dan jejaring yang kuat. Mereka bukan hanya pengguna layanan, tetapi juga berperan aktif mendukung pembangunan melalui berbagai kontribusi mereka,” tambahnya.
Silver economy bisa terealisasi dengan baik saat kita merespons kebutuhan dan mengoptimalkan peran penduduk lansia dalam pembangunan negara.
Advertisement
Wujudkan Lansia Mandiri
Lebih lanjut, Pratikno menambahkan, pemerintah terus berusaha mewujudkan lansia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat sesuai Stranas Kelanjutusiaan dengan kolaborasi bersama multipihak.
Pemerintah tidak hanya melakukan pemberdayaan, tapi juga upaya perlindungan lansia.
“Strategi ini sudah dituangkan dalam Perpres Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan. Pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memastikan pelaksanaan program yang mendukung lansia, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun lingkungan yang inklusif,” jelas Pratikno.
Agenda Rakernas ini menjadi momentum untuk membahas peran lansia dalam masyarakat, termasuk melalui organisasi seperti Persatuan Pensiunan Indonesia, yang menurut Pratikno, memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam membangun bangsa.
“Silver society bukan sekadar statistik. Mereka adalah pilar penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia ke depan,” ucapnya.
Jumlah Lansia Indonesia Terus Meningkat
Seperti diketahui, Indonesia tengah memasuki fase aging population di mana proporsi penduduk lansia semakin meningkat. Data Sensus Penduduk Indonesia pada 2023 menunjukkan, hampir 12 persen atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia masuk kategori lansia.
Menurut Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, jumlah lansia di Indonesia akan terus meningkat hingga 2045. Diperkirakan, Indonesia akan memiliki 20 persen atau sekitar 50 juta jiwa lansia.
Dengan meningkatnya jumlah populasi lansia, Indonesia perlu berupaya menjaga kesehatan lansia agar mereka tetap sehat, aktif, dan bahagia. Salah satu upaya tersebut adalah melalui skrining kesehatan.
“Skrining kesehatan tersebut harus dilakukan secara maksimal, yaitu didukung oleh pengetahuan medis yang lebih baik. Salah satunya adalah apa yang disampaikan pada diseminasi hasil penelitian ini,” kata Dante saat menghadiri Diseminasi Hasil Penelitian yang dilakukan tim FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dan ERIA (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia) di IMERI FKUI, Jakarta pada Kamis, 11 Juli 2024.
Diseminasi hasil penelitian bertema “Longevity in Indonesian Population: Nutrition and Health Status, Dietary Intake, and Lifestyle Profile from Gili Iyang and Miduana Villages” ini merupakan studi tentang daerah-daerah di Indonesia yang memiliki penduduk berusia lebih dari 100 tahun, tetapi masih dapat berkegiatan secara aktif.
Penelitian ini mengidentifikasi empat pilar utama dalam menjaga keseimbangan hidup para lansia: gaya hidup, lingkungan, nutrisi dan kesehatan, serta faktor sosial-ekonomi.
Advertisement