Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kanker payudara masih menjadi penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia untuk kategori penyakit kanker. Budi menekankan, penting untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.
"Kanker itu kenapa banyak yang meninggal? Karena ketahuannya terlambat, setelah stadium tiga atau stadium empat," ujar Menkes ketika mengunjugi RSUD Bahteramas, Sulawesi Tenggara, Sabtu (7/12).
Baca Juga
Budi Gunadi meminta agar para perempuan tidak ragu untuk melakukan deteksi dini kanker. Terlebih, Budi mengatakan skrining kanker payudara akan menjadi bagian dari program skrining kesehatan yang akan diberikan kepada perempuan usia di atas 40 tahun.
Advertisement
"Nah di program skriningnya, hadir ulang tahun dari Pak Presiden, mamografi itu nanti akan masuk untuk yang berisiko. Nah, yang berisiko adalah perempuan usia ti atas 40 tahun," ujarnya.
Dalam kunjungan ke RSUD Bahteramas tersebut, Menkes Budi Gunadi Sadikin berbincang juga dengan penyintas atau survivor kanker payudara, Ni Kadek Mulyati. Budi menjelaskan, deteksi dini kanker payudara sebenarnya dapat dilakukan di fasyankes tingkat pertama seperti puskesmas dengan memanfaatkan USG.
“Saya juga sudah ngomong ke kolegium, yuk, diturunkan (kemampuan) kompetensinya (ke dokter umum), agar 10.000 USG (di puskesmas) itu tidak hanya untuk memeriksa ibu hamil, tapi juga bisa untuk memeriksa skrining kanker payudara oleh dokter umum,” ujar Budi.
Dengan demikian, jika ada indikasi kanker payudara seperti yang dialami Ni Kadek dapat dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan biopsi atau prosedur pengambilan sampel jaringan, sel, atau cairan tubuh. Selanjutnya, sampel ini diperiksa di laboratorium sehingga dapat mengetahui tingkat stadium kanker.
Alasan Perempuan Enggan Deteksi Dini Kanker Payudara
Menkes Budi Gunadi menyatakan, kekhawatiran mengenai hasil pemeriksaan yang buruk menjadi salah satu alasan perempuan enggan melakukan pemeriksaan kanker payudara. Padahal, menurutnya, kanker sebaiknya dideteksi sejak dini karena peluang hidup akan lebih besar jika terdeteksi lebih awal dibandingkan jika terdeteksi terlambat.
“Jadi, kenapa banyak perempuan nggak mau dimamografi? Karena mereka takut menerima kenyataan kalau ada apa-apa. Padahal, saya yang bukan dokter saja tahu kalau ketahuan stadium satu lebih baik daripada ketahuannya di stadium tiga,” kata Budi.
Senada dengan imbauan Menkes Budi, Ni Kadek Mulyati mengajak perempuan Indonesia untuk tidak ragu melakukan skrining kanker payudara sebelum terlambat.
“Untuk wanita di indonesia dan seluruh dunia, mari kita memeriksakan diri sedini mungkin untuk mengetahui apakah di tubuh kita ada penyakit yang mungkin saja tidak kita ketahui.” imbau Ni Kadek Mulyati.
Advertisement
Manfaatkan Mamografi untuk Pemeriksaan Kanker Payudara
Mengenai pemanfaatan mamografi di RSUD Bahteramas, dr. Albertus Varera, Sp.Rad sebagai penerima manfaat alat mamografi dari RSUD Bahteramas, menyatakan bahwa ia telah memanfaatkan bantuan Kemenkes melalui dana SIHREN tersebut untuk berbagai kepentingan pemeriksaan kanker payudara.
Menurutnya, alat mamografi tersebut telah digunakan untuk pasien medical check up.
“Yang sudah dikerjakan mamografi enam pasien untuk pasien medical check up waktu itu dan hasilnya normal,” kata Albertus.