Liputan6.com, Jakarta - Bunuh diri merupakan masalah kesehatan global yang sangat serius, dengan lebih dari 700.000 kematian tercatat setiap tahun. Sebagai penyebab kematian keempat tertinggi di kalangan remaja umur 15 s.d 19 tahun, bunuh diri memerlukan perhatian serius dari semua pihak.
Kongres Dunia Psikiatri ke-10 (WCAP) – Federasi Psikiatri Asia (AFPA) 2024 yang baru saja diselenggarakan di Bali pada Desember 2024 menyoroti pentingnya peran keluarga, komunitas, dan kolaborasi lintas disiplin dalam pencegahan bunuh diri.
Baca Juga
Dalam kuliah utamanya, Prof. Danuta Wasserman, seorang ahli suicidologi terkemuka, membahas berbagai strategi untuk menurunkan angka bunuh diri, termasuk pendekatan medis dan sosial.
Advertisement
Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk mencegah bunuh diri, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 9 Desember 2024.
1. Pembatasan Akses ke Metode Mematikan
Langkah pertama dalam pencegahan bunuh diri adalah mengurangi akses ke metode-metode yang umum digunakan untuk mengakhiri hidup, seperti senjata api, racun, atau cara-cara berbahaya lainnya. Ini termasuk kebijakan untuk mengatur kepemilikan senjata atau bahan berbahaya di masyarakat.
2. Program Pencegahan di Sekolah
Mendidik anak-anak dan remaja sejak dini tentang kesehatan mental dan pentingnya mencari bantuan bisa sangat efektif. Program pencegahan bunuh diri yang berbasis di sekolah dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental dan menyediakan sumber daya untuk dukungan.
3. Pengobatan dan Terapi Psikosocial
Untuk mereka yang berisiko, kombinasi pengobatan dan terapi adalah langkah penting. Penggunaan obat untuk menangani kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, seperti depresi atau kecemasan, harus didukung dengan terapi untuk memperkuat pemulihan individu.
Advertisement
4. Pelatihan Gatekeeper
Komunitas dapat berperan penting dalam pencegahan bunuh diri melalui pelatihan gatekeeper. Pelatihan ini memberdayakan orang-orang di lingkungan sekitar individu berisiko (seperti teman, keluarga, dan guru) untuk mengenali tanda-tanda peringatan dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
5. Edukasi untuk Penyedia Layanan Kesehatan
Dokter dan tenaga medis lainnya juga memainkan peran penting dalam deteksi dini masalah kesehatan mental. Dengan pelatihan khusus, penyedia layanan kesehatan dapat lebih efektif dalam mengenali tanda-tanda gangguan mental dan memberikan intervensi yang tepat.
Advertisement
6. Penyaringan Kesehatan Mental dalam Layanan Kesehatan Primer
Melakukan pemeriksaan kesehatan mental secara rutin di tingkat perawatan primer dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko lebih awal, memungkinkan mereka untuk mendapatkan bantuan sebelum masalah menjadi lebih parah.
7. Pelatihan Media untuk Pelaporan Bunuh Diri
Sensationalisme dalam pelaporan media mengenai bunuh diri dapat memperburuk masalah. Oleh karena itu, pelatihan bagi jurnalis tentang cara melaporkan bunuh diri dengan bertanggung jawab sangat penting untuk mencegah dampak negatif terhadap masyarakat.
Advertisement
8. Layanan Bantuan Berbasis Internet
Dalam era digital, menyediakan layanan dukungan berbasis internet seperti hotline atau konseling online bisa menjadi sarana penting untuk mereka yang merasa kesulitan mencari bantuan secara langsung.
9. Dukungan Pasca Intervensi
Setelah intervensi dilakukan, memberikan dukungan berkelanjutan bagi mereka yang telah melalui krisis bunuh diri sangat penting. Dukungan kepada keluarga dan teman-teman juga diperlukan untuk membantu proses pemulihan.
Dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan keluarga, komunitas, dan berbagai profesi kesehatan, kita dapat menciptakan sistem yang lebih tangguh dalam mencegah bunuh diri.
Kolaborasi dan edukasi adalah kunci untuk memastikan setiap individu yang berisiko mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk melewati masa-masa sulit.
Advertisement
Menavigasi Kesehatan Mental dengan Dukungan Keluarga dan Komunitas
Kongres Dunia Psikiatri ke-10 (WCAP), yang diselenggarakan oleh Federasi Psikiatri Asia (AFPA), saat ini berlangsung di Bali, Indonesia. Acara ini diadakan dari 5 hingga 7 Desember 2024 di Prime Plaza Hotel, Sanur, Bali, dengan lebih dari 600 peserta dari 20 negara di Asia, Australia, dan Eropa.
Mengambil latar belakang keindahan alam Bali yang menenangkan, kongres ini menawarkan pengalaman yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga memberikan ruang bagi refleksi dan inspirasi. Para peserta terlibat dalam diskusi mendalam serta lokakarya interaktif yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi tantangan kesehatan mental.
Menavigasi Kesehatan Mental dengan Dukungan Keluarga dan Komunitas
Tema tahun ini "Menavigasi Komorbiditas Kesehatan Mental dan Fisik dengan Dukungan Keluarga dan Komunitas" menyoroti pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam mendukung individu yang menghadapi masalah kesehatan mental. Kongres ini bertujuan untuk menekankan perlunya sistem dukungan yang lebih komprehensif, yang tidak hanya bergantung pada intervensi medis tradisional.
Prof. Gundugurti Prasad Rao, Presiden AFPA, bersama Prof. Andi J Tanra, Ketua Panitia Penyelenggara dan Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI), membuka acara dengan seruan untuk kolaborasi di antara para profesional dari berbagai latar belakang.
Mereka mengajak peserta untuk memperluas perspektif dan mendapatkan wawasan yang dapat membentuk masa depan psikiatri.
Salah satu sorotan utama kongres ini adalah kuliah yang disampaikan oleh Prof. Danuta Wasserman, MD, PhD, Presiden Asosiasi Psikiatri Dunia (WPA). Sebagai seorang ahli terkemuka dalam bidang psikiatri dan suicidologi, Prof. Wasserman berbagi wawasan penting mengenai “Kemajuan yang Membentuk Lanskap Perilaku Bunuh Diri.”
Advertisement