Liputan6.com, Jakarta - Memiliki kehidupan seksual yang baik menjadi idaman para pasutri. Namun, tidak ada jalan pintas untuk mendapatkan seks yang baik.
Ada sebuah teori di kalangan para pria terkait isu tersebut. Banyak pria meyakini, mempunyai lebih banyak kadar testosteron sama dengan memiliki dorongan seks yang lebih kuat. Meski demikian, penelitian terbaru mengungkap bukti nyata kadar testosteron tinggi terhadap kinerja seksual masih lemah.
Baca Juga
Diketahui, lebih dari 10 juta pria di AS hidup dengan disfungsi ereksi. Selain itu, banyak pula pria yang mengeluhkan hasrat seksual rendah yang berdampak pada kehidupan perkawinan mereka.
Advertisement
Ketika pil, olahraga, dan terapi tidak berhasil, banyak pasangan dan lajang yang putus asa beralih ke terapi penggantian testosteron (TRT) untuk memperbaiki kehidupan seks mereka yang lesu.
TRT dirancang sebagai pengobatan untuk pria yang didiagnosis kekurangan testosteron atau hipogonadisme. Suntikan testosteron buatan secara teratur dikatakan dapat membantu pasien meningkatkan libido, fungsi seksual, kesuburan dan suasana hati.
Di Reddit, sekitar 178.000 pengguna telah bergabung dengan forum /r/Testosteron untuk membaca dan mendiskusikan manfaat dan efek samping TRT. Sementara itu, di subReddit, /r/DeadBedrooms, lebih dari 400 ribu pengguna frustrasi dan putus asa bersimpati atas hubungan tanpa seks mereka, mendukung treatment TRT yang dinilai dapat mengubah hidup dan menyatukan kembali hati mereka yang patah.
Namun, tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas California, Santa Barbara telah menerbitkan sebuah studi baru yang mengungkap kebenaran di balik peran testosteron dalam reproduksi seksual, dilansir New York Post.
Tidak Ditemukan Hubungan Signifikan Antara Fluktuasi Testosteron dengan Libido
Sayangnya, mereka tidak menemukan hubungan signifikan antara fluktuasi kadar testosteron dan dorongan seks pria, khususnya dalam hubungan jangka panjang.
Temuan ini “bertentangan dengan kegunaan resep testosteron untuk mengobati hasrat seksual rendah di antara pria yang memiliki konsentrasi testosteron dalam kisaran normal,” tulis para peneliti.
Penelitian tersebut melibatkan 41 pria berusia 18 hingga 26 tahun, baik lajang atau berpasangan, yang memiliki kadar testosteron dalam kisaran “normal”. Selama periode tes 31 hari, para peserta menyerahkan sampel air liur setiap hari dan kuesioner yang dilaporkan sendiri tentang hasrat seksual dan upaya berkencan mereka.
Data mereka menunjukkan bahwa hanya pria lajang yang menghasilkan testosteron lebih tinggi pada hari-hari ketika mereka melaporkan interaksi dengan calon pasangannya. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh sedang mempersiapkan diri untuk calon pasangan – dan persaingan dari pria lain. Penelitian pada hewan sebelumnya menunjukkan bahwa burung dan primata menghasilkan peningkatan kadar testosteron ketika bersaing dengan pejantan lainnya.
Advertisement
Kadar Testosteron pada Pria Lajang Lebih Tinggi dari Pria Menikah
Namun, para suami yang melakukan interaksi rutin dengan istrinya selama masa tes tidak menunjukkan perubahan kadar testosteron, meskipun mereka mengalami dorongan yang khas pada pria.
“Konsentrasi testosteron dan kortisol secara signifikan lebih tinggi pada pria lajang dibandingkan pria yang berpasangan,” para peneliti mencatat. Namun, mereka juga mengamati adanya “kecenderungan hasrat seksual yang lebih tinggi di kalangan pria yang berpasangan”.
Analisis mereka menunjukkan bahwa pria yang berpasangan memiliki hasrat seksual yang sama besarnya, bahkan lebih besar, dibandingkan pria lajang – dan hanya memerlukan dosis testosteron standar untuk memenuhinya.
“Temuan ini menguatkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa hasrat seksual pria hanya memerlukan jumlah ambang batas testosteron dasar yang mana perubahan testosteron tidak dapat mempengaruhi hasrat,” para peneliti menyimpulkan.