Liputan6.com, Jakarta - Kedekatan suami dengan ibunya kerap menjadi bahan perbincangan. Apakah hal ini wajar atau apa itu red flag dalam pernikahan? Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi menjelaskan bahwa kedekatan ini sebenarnya bisa berdampak positif.
Menurut Vera, kedekatan antara anak laki-laki dan ibunya ini dapat membuat anak laki-laki lebih sensitif, lebih peka terhadap perasaan orang lain, dan lebih mudah berempati. Bahkan, dia menyebutkan bahwa ada buku yang secara khusus membahas tentang manfaat hubungan ini, salah satunya tentang konsep Mama’s Boy.
Baca Juga
Namun, kedekatan ini perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas. Ketika seorang anak laki-laki telah menikah dan memiliki kehidupan sendiri, penting untuk memahami bahwa ada batasan yang perlu diterapkan.
Advertisement
Tidak semua urusan perlu melibatkan ibu, terutama jika itu menyangkut kehidupan rumah tangga bersama istri. "Idealnya, anak laki-laki harus bisa membedakan urusan mana yang masih perlu melibatkan ibunya dan mana yang tidak," ujar Vera kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan di Jakarta baru-baru ini.
Â
Transparansi dan Komunikasi dengan Pasangan
Salah satu kunci utama dalam menjaga hubungan harmonis antara suami, istri, dan ibu adalah transparansi. Vera memberikan contoh, jika seorang suami ingin mengantar ibunya ke dokter atau melakukan sesuatu untuk ibunya, penting untuk melibatkan istri dalam proses tersebut.
Jangan sampai hal-hal seperti ini dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan istri, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan konflik. "Misalnya, ingin menemani ibu belajar sesuatu atau pergi ke suatu tempat, sebaiknya istri tahu. Lebih baik lagi jika istri diajak ikut serta," ujarnya.
Dengan cara ini, perhatian kepada ibu tetap diberikan, tapi tidak mengesampingkan peran istri dalam kehidupan suami.
Â
Advertisement
Apakah Ini Red Flag?
Jadi, apakah terlalu dekat dengan ibu adalah sebuah red flag? Tidak selalu. Kedekatan ini baru menjadi masalah jika tidak ada batasan yang jelas dan tidak ada komunikasi yang baik dengan pasangan.
Vera menggarisbawahi bahwa memberikan perhatian kepada ibu tetap penting, namun harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak dan tidak sampai merugikan hubungan dengan istri.
Ia juga menekankan bahwa apresiasi kepada istri tidak boleh diabaikan, meskipun ada kebutuhan untuk memberikan perhatian kepada ibu.
"Apresiasi kepada istri adalah hal yang penting, tapi kalau kemudian ibunya berkomentar, di situlah tantangan bagi suaminya," katanya. Tantangan tersebut terletak pada kemampuan suami untuk menyeimbangkan perhatian kepada kedua belah pihak tanpa menimbulkan konflik.