Sukses

Dari Rumah ke Rumah, Langkah Kecil Kader Kesehatan untuk Tingkatkan Masa Depan Anak

Para kader kesehatan berada di garis terdepan mengedukasi informasi seputar kesehatan. Mulai dari cuci tangan pakai sabun, imunisasi hingga nutrisi anak.

Liputan6.com, Jakarta Mengedukasi masyarakat tentang kesehatan bukanlah tugas yang mudah. Namun, ketika edukasi itu datang dari orang-orang terdekat — dalam hal ini para kader kesehatan setempat — dampaknya terasa lebih nyata.

Di Desa Kota Batu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, para kader kesehatan setempat yang terlibat dalam program Keluarga SIGAP (Keluarga Siaga Dukung Kesehatan, Siap Hadapi Masa Depan) menggugah para orangtua untuk lebih sadar akan pentingnya memeriksakan tumbuh kembang anak ke Posyandu.

Sebelum terjun mengunjungi warga dari rumah ke rumah, para kader kesehatan ini telah dibekali pengetahuan memadai. Mulai dari pentingnya mencuci tangan dengan sabun, imunisasi lengkap hingga gizi seimbang.

“Yang luar biasa dari program Keluarga SIGAP ini adalah para kader diberikan pengetahuan. Dulu mereka kurang pengetahuan, tetapi sekarang mereka bilang kalau mereka sudah pintar," kata Kepala Desa Kota Batu, Ratna Wulansari.

Sebagian kader juga mengungkapkan usai kunjungan dari rumah ke rumah memberikan edukasi tentang kesehatan, terjadi peningkatan anak yang dibawa ke posyandu untuk dicek tumbuh kembang dan mendapatkan imunisasi.

"Beberapa kader juga mengatakan bahwa setelah melakukan kunjungan rumah, kunjungan orangtua ke Posyandu meningkat pesat. Hal ini membuat saya bersyukur, karena saya tidak bisa jalan sendiri dalam bekerja demi kesehatan masyarakat,” lanjut Ratna.

Gagasan yang didorong oleh Program Keluarga SIGAP adalah untuk membangun kebiasaan sehat secara holistik dalam keluarga, dengan fokus mempromosikan tiga perilaku utama: cuci tangan pakai sabun (CTPS), imunisasi anak yang tepat waktu dan lengkap, serta gizi yang lebih baik.

Program ini merupakan kemitraan yang terdiri dari GAVI, Unilever Lifebuoy, The Power of Nutrition, dan Kementerian Kesehatan Indonesia. Selain Desa Kota Batu, ada satu wilayah lagi yang jadi percontohan yakni di Kabupaten Banjar, Kalimantan Barat.

 

2 dari 4 halaman

Cakupan Imunisasi PCV dan Praktik Cuci Tangan Naik

Program Keluarga SIGAP berjalan dari Januari 2024 mendapatkan hasil evaluasi terbaru. Di dua lokasi percontohan terjadi peningkatan hal-hal baik secara signifikan.

Pertama, cakupan vaksin PCV1 meningkat dari 28% menjadi 64%. Seperti diketahui, vaksin pneumokokus atau pneumococcal conjugate vaccine (PCV) adalah imunisasi untuk mencegah penyakit akibat infeksi bakteri streptococcus pneumoniae atau kuman pneumokokus. Penyakit ini rawan menyerang anak usia kurang dari 5 tahun.

Lalu, praktik cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan anak telah meningkat dari 50% menjadi 81%. Kita ketahui bersama juga bahwa kebiasaan mencuci tangan menurunkan risiko terkena penyakit seperti diare dan pneumonia.

Menurut Team Leader Keluarga SIGAP, Ardi Prastowo, pendekatan komunitas yakni lewat kader kesehatan bisa mendorong perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik.

"Program seperti Keluarga SIGAP menunjukkan perpaduan antara implementasi di tingkat komunitas dan pendekatan digital dapat mendorong perubahan yang berkelanjutan dalam skala besar," katanya.

3 dari 4 halaman

Program Serupa di India

Sebelumnya, program serupa bernama Safal Shuruaat diluncurkan di India bagian utara. Tepatnya pada 2016.

Program yang digagas GAVI dengan Unilever Lifebuoy itu menjadi model yang bisa direplikasi di negara lain. Kini, giliran Indonesia dengan program Keluarga SIGAP yang menggunakan pendekatan holistik. Dimana menggabungkan keahlian para mitra untuk mengubah kehidupan orang tua dan anak-anak.

"Program ini memungkinkan mereka untuk mempraktikkan kebersihan tangan yang benar, mendapatkan nutrisi yang lebih baik, dan imunisasi lengkap, sehingga membantu anak-anak mencapai potensi penuh," kata Global Brand Director Unilever Lifebuoy, Parnil Sarin.

 

4 dari 4 halaman

Kolaborasi Multisektor untuk Atasi Masalah Kesehatan

Kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci dalam meningkatkan kesehatan suatu bangsa. 

Dalam pertemuan Dewan Tingkat Tinggi GAVI yang baru-baru ini diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, disebutkan bahwa kolaborasi multisektoral sangat penting dalam mengatasi ketidaksetaraan kesehatan, terutama di negara-negara dengan keterbatasan sumber daya.

Di kesempatan itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, juga menyoroti peran vital kemitraan dalam mengatasi tantangan kesehatan di Tanah Air.

"Kami sangat menghargai inisiatif kolaboratif dari organisasi seperti GAVI dan sektor swasta, yang tidak hanya membantu mengatasi tantangan tetapi juga memastikan setiap anak, termasuk yang berada di daerah terpencil, mendapatkan akses terhadap vaksin yang dapat menyelamatkan nyawa serta layanan kesehatan preventif,” kata Menkes Budi.