Liputan6.com, Jakarta Gangguan tulang belakang bisa dialami siapa saja. Mulai dari nyeri ringan hingga kondisi serius yang memerlukan operasi. Mengenai faktor penyebab ternyata orang yang punya tubuh tinggi lebih berisiko mengalami masalah tulang belakang.Â
Semakin tinggi seseorang, maka faktor risiko mengalami gangguan tulang belakang semakin bisa terjadi seperti disampaikan dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan tulang belakang, Harmantya Mahadhipta.
Baca Juga
"Jadi, faktor risiko ada yang tidak bisa diubah dan bisa diubah. Untuk tinggi badan masuk dalam faktor risiko tidak bisa diubah, semakin tinggi seseorang risiko itu semakin besar," kata Harmantya.
Advertisement
Lebih lanjut, Harmantya mengatakan faktor lain yang tidak bisa diubah adalah genetik dan jenis kelamin laki-laki, yang berisiko tinggi mengalami gangguan tulang belakang.
Faktor yang Bisa DiubahÂ
Sementara itu, faktor lain yang bisa diubah yakni berat badan. Harmantya mengungkapkan semakin obesitas maka memiliki risiko semakin tinggi mengalami gangguan tulang belakang.
Namun, hal ini bisa diubah dengan cara melakukan pengaturan makan serta olahraga yang tepat untuk membantu dalam mengurangi berat badan.
Lalu, pekerjaan fisik seperti mengangkat beban, membungkuk, gerakan mendadak, postur statis duduk yang lama, menggunakan alat dengan getaran, juga menyumbang risiko tinggi.Â
"Sebab duduk, tulang pinggang kita menompang 1,4 kali berat badan kita. Jadi duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko tersebut," kata Harmantya.
Â
Masalah Tulang Belakang pada Area Pinggang Kerap Ditemui
Dokter yang praktik di Eka Hospital BSD itu mengatakan masalah tulang belakang, khususnya pada daerah lumbar (pinggang), menjadi salah satu gangguan kesehatan yang sering ditemui.
Keluhan seperti nyeri punggung bawah, kesulitan bergerak, hingga rasa kebas atau kelemahan di kaki sering kali berkaitan dengan gangguan pada cakram tulang belakang atau lumbar disc.Â
"Mengapa harus secepatnya ke dokter, untuk mendapat penanganan serius. Sebab, penanganan tulang belakang itu bukan berarti harus dioperasi, itu opsi terakhir. Bisa dengan cara terapi obat terlebih dulu, fisioterapi, bila penanganan ini tidak bisa, baru operasi menjadi jalan terakhir," katanya.
Advertisement
80 Persen Manusia Pernah Alami Sakit Pinggang
Di kesempatan yang sama, Harmantya mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen manusia pernah mengalami sakit atau nyeri pinggang selama masa hidupnya.
Namun, sakit pinggang yang dialami belum tentu menunjukan gejala serius, sebab, 70 persen penyebabnya lantaran masalah ketegangan otot.
Bila sakit pinggang bisa hilang dalam waktu beberapa hari atau bisa hilang dengan cara istirahat, maka hanya disebabkan oleh otot saja.
Waspadai Nyeri Pinggang dengan Kondisi Ini
Harmantya mengatakan hal yang perlu diperhatikan bila sakit pinggang berlangsung lama sampai berbulan-bulan. Lalu disertai gejala lain seperti penurunan berat badan, itu bisa karena adanya infeksi atau kanker.
Bila kondisi itu terjadi, segera periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Harmantya mengatakan untuk segera konsultasi juga ke dokter bila nyeri hanya terjadi pada malam hari, disertai demam, riwayat trauma yang signifikan, menjalar hingga ke paha dan kaki, dan terjadi pada anak-anak.Â
Â
Advertisement