Liputan6.com, Jakarta - Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan, khususnya dalam akses terhadap obat-obatan inovatif. Wakil Ketua International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), Evie Yulin, menyoroti rendahnya akses masyarakat terhadap obat-obatan baru yang telah diluncurkan secara global.
"Dalam 10 tahun terakhir, hanya sekitar sembilan persen obat inovatif yang tersedia di dunia dapat diakses di Indonesia. Dari 420 obat baru, hanya 42 yang masuk ke pasar Indonesia, angka terendah di kawasan Asia Pasifik dan di antara negara-negara G20," katannya dalam diskusi media Membangun Kolaborasi untuk Mendorong Inovasi Biofarmasi dan Transformasi Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045 pada Kamis, 12 Desember 2024.
Baca Juga
Apa Itu Obat Inovatif? Peran Kolaborasi IPMG dan Kemenkes dalam Memperluas Akses Kesehatan di Indonesia
Mewujudkan Akses Obat Inovatif dan Vaksin di Indonesia Melalui Kolaborasi IPMG dan Kemenkes
Indonesia Duduki Peringkat Terendah dalam Akses Obat Inovatif di Asia-Pasifik, Apa yang Perlu Dilakukan?
Masyarakat Memilih Berobat di Luar Negeri
Keterbatasan akses ini memaksa banyak pasien Indonesia mencari pengobatan ke luar negeri, yang menyebabkan kerugian devisa mencapai USD 11,5 miliar per tahun.
Advertisement
Selain itu, dampak terhadap ekonomi lebih jauh terlihat dari hilangnya produktivitas akibat penyakit menular dan tidak menular, yang diperkirakan mencapai USD 130 miliar per tahun. "Kondisi ini menurunkan kualitas hidup masyarakat dan membebani ekonomi nasional," tambahnya.
Kendala Sistem dan Kebijakan
Salah satu kendala utama adalah lingkungan legislatif yang terfragmentasi, yang menyulitkan koordinasi strategis dalam memperluas akses obat.
Selain itu, kebijakan terkait obat inovatif masih minim. Hanya dua persen dari total obat inovatif yang tersedia tercakup dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Padahal, setiap warga negara berhak atas pengobatan berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Kolaborasi untuk Solusi
Evie Yulin menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan memperbaiki regulasi, meningkatkan koordinasi antar lembaga, serta memperkuat sistem kesehatan nasional, Indonesia dapat memperluas akses terhadap obat dan vaksin inovatif.
"Masyarakat Indonesia memiliki hak untuk hidup sehat dan produktif. Dengan akses lebih baik terhadap obat-obatan inovatif, kita dapat meningkatkan kualitas hidup mereka sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Evie.
Sebagai organisasi yang menaungi 27 perusahaan farmasi berbasis penelitian, IPMG memiliki misi utama untuk meningkatkan akses terhadap obat-obatan inovatif di Indonesia.
Program-program yang dijalankan IPMG selaras dengan visi Kementerian Kesehatan, khususnya dalam pencegahan dan promosi kesehatan. Mereka aktif dalam melakukan screening untuk mencegah perkembangan penyakit kronis dan mengurangi beban penyakit menular.
Advertisement
Edukasi dan Pengembangan Infrastruktur Kesehatan
IPMG juga fokus pada edukasi kesehatan, membantu masyarakat memahami pentingnya waktu yang tepat untuk melakukan screening dan pengobatan. Selain itu, organisasi ini mendukung pengembangan infrastruktur kesehatan, terutama di daerah terpencil, untuk memastikan kesetaraan dalam akses pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Dampak terhadap Ekonomi
Kontribusi IPMG tidak hanya terbatas pada sektor kesehatan, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi. Dengan menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi bagi ilmuwan, dokter, apoteker, dan tenaga medis lainnya, IPMG turut mendukung perekonomian nasional.
"Kami bangga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menyediakan pekerjaan bagi tenaga profesional terampil di Indonesia," pungkas Evie.
Dengan komitmen terhadap kolaborasi, inovasi, dan transparansi, IPMG terus mendukung upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Melalui langkah-langkah strategis, diharapkan Indonesia mampu mengurangi ketergantungan pada pengobatan luar negeri sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan daya saing ekonomi di tingkat global.