Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 34 persen atau 3 dari 10 remaja pelajar di Jakarta memiliki risiko gangguan emosional dan masalah kesehatan jiwa.
Hal ini diungkap dalam hasil Studi Zona Mendengar Jiwa dari Health Collaborative Center (HCC), Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), dan Yayasan BUMN.
Baca Juga
Data ini didapat dari penelitian pada murid di 3 SMA di Jakarta. Hasil skrining atau deteksi dini risiko kesehatan jiwa sejalan dengan pengalaman pelajar dalam menghadapi permasalahan remaja. Salah satu lokus utamanya berkaitan dengan citra diri, ditemukan 67 persen pelajar menghadapi masalah penampilan.
Advertisement
Menurut Direktur Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) Prof. Nila Moeloek, kondisi kesehatan mata para pelajar juga bisa berkaitan dengan citra diri dan masalah mental. Misalnya, jika para pelajar mengidap masalah mata dan harus mengenakan kacamata tebal, maka hal ini dapat menjadi masalah penampilan bagi mereka.
“Betul, anak-anak memang sangat segan untuk memakai kacamata apalagi kalau tebal. Jadi, itu memang menjadi masalah dengan merasa penampilannya tidak baik dan namanya anak-anak, biasanya juga diganggu atau diledek karena kacamata tebal,” kata Nila kepada Health Liputan6.com dalam temu media tentang hasil penelitian Zona Mendengar Jiwa di Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Sebagai dokter mata, Nila selalu mengajak para guru untuk menanamkan perspektif pada anak-anak bahwa kacamata itu tidak membuat penampilan menjadi jelek.
“Saya sebagai dokter mata, kalau anak pakai kacamata itu kami minta gurunya untuk selalu mengatakan ‘aduh kamu pakai kacamata tambah cantik, tambah cakep, ganteng loh kamu pakai kacamata’ kacamata kan supaya dia bisa melihat dengan baik untuk menangkap pelajaran,” jelas Nila.
Dasar Pengembangan Zona Mendengar Jiwa
Sebelumnya, penelitian terbaru yang dilakukan HCC, FKI bersama Yayasan BUMN melalui inisiatif Mendengar Jiwa Institute mengungkapkan fakta yang memprihatinkan tentang kesehatan mental remaja di Jakarta.
Studi ini menunjukkan, 3 dari 10 pelajar sering menunjukkan perilaku marah dan cenderung berkelahi akibat gangguan mental emosional.
Penelitian ini melibatkan pelajar SMA di Jakarta yang dipimpin oleh tim peneliti, yaitu Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi sebagai Peneliti Utama HCC, Bunga Pelangi SKM, MKM sebagai Direktur Program HCC , dan Prof. Nila F. Moeloek sebagai Direktur Eksekutif FKI.
Hasil penelitian ini menjadi dasar pengembangan Program Zona Mendengar Jiwa yang dirancang untuk membangun support system, kesadaran, memberikan edukasi, serta menyediakan intervensi berbasis data terkait kesehatan mental remaja khususnya di institusi pendidikan.
Advertisement
Dukung Kesehatan Mental Generasi Muda
Program Zona Mendengar Jiwa mengintegrasikan pendekatan ilmiah dan inovasi sosial untuk menciptakan dampak nyata, terutama dalam mendukung kesehatan mental generasi muda.
Program Mendengar Jiwa milik Mendengar Jiwa Institute adalah inisiatif riset pada kesehatan mental yang berkomitmen untuk menjadi pusat penelitian dan pengembangan yang berfokus pada kesehatan khususnya pada kelompok remaja.
Ketua tim peneliti HCC Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi mengatakan, data temuan 34 persen risiko gangguan mental emosional ini merupakan indikasi gangguan kesehatan jiwa remaja di kota besar seperti Jakarta.
“Ini merupakan risiko yang harus dianalisis lebih mendalam, sebab data temuan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan data atau bahkan hipotesis kajian-kajian sebelumnya,” kata Ray dalam kesempatan yang sama.
10 Persen Pelajar SMA Merasa Rentan Alami Masalah Mental
Temuan lain dari penelitian ini juga menegaskan bahwa terdapat 10 persen pelajar SMA yang merasa rentan dengan kondisi status kesehatan mentalnya.
Hal ini didasarkan dari perspektif dan pemaknaan remaja terkait risiko/kerentanan diri untuk mengalami masalah atau gangguan kesehatan mental.
Ray menambahkan, kondisi ini menjadi tanda awas bahwa self-awareness atau aspek kesadaran diri remaja terhadap kesehatan mental sebenarnya masih rendah, meskipun sudah banyak informasi mendalam yang tersedia mengenai kesehatan mental.
Advertisement