Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini seorang dokter yang juga content creator yakni dokter Azmi Fadhlih meninggal dunia. Menurut keluarga, penyebab dokter Azmi meninggal dunia karena pecah pembuluh darah di otak.Â
Bagi masyarakat awam banyak yang tidak memahami kondisi tersebut. Termasuk penyebabnya.
Baca Juga
Terlepas dari kasus dokter Azmi, secara umum penyebab pembuluh darah bisa pecah itu bisa jadi karena tekanan darah tinggi sehingga tidak tahan dengan tekanan ini lalu pecah atau bisa jadi ada kelainan pada pembuluh darah seperti disampaikan Profesor Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K).
Advertisement
"Jadi kasus pecahnya pembuluh darah itu paling utama, kita harus tahu faktor risiko utamanya," kata Yuda Turana mengutip Antara.Â
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta itu mengibaratkan pembuluh darah seperti pipa yang berfungsi membawa cairan berisi oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh.
Pipa tersebut bisa mengembang dan berisiko pecah kalau tekanan cairan di dalamnya terlalu kuat, melampaui kemampuan pipa untuk menahannya.
Pembuluh darah bisa membengkak dan kemudian pecah pada pasien yang mengalami hipertensi menahun atau mendadak mengalami tekanan darah tinggi.
Â
Â
Pembuluh Darah Ibarat Pipa
Yuda Turana mengatakan dinding pembuluh darah yang tipis atau rapuh juga bisa menyebabkan pembuluh pecah.
"Pipa yang rapuh dan ini bisa dibawa secara genetik atau karena proses degeneratif atau penuaan. Di mana pipa jadi rapuh, sering pada orangtua tanpa tekanan darah tinggi, pipa rapuh dan gampang pecah," katanya.
Â
Advertisement
Keparahan Pembuluh Darah
Keparahan akibat pecahnya pembuluh darah pada otak bergantung pada tingkat pendarahan dan lokasi pendarahan terjadi.
"Volume darah makin banyak risiko kematian makin besar, tetapi juga lokasi penting. Pendarahan biasanya tidak banyak, tapi letaknya di batang otak jelas fatal," katanya.
"Jadi kematian itu bisa karena besar volumenya atau lokasinya, tidak semata-mata dari volumenya," ia menambahkan.
Penting Cek Tekanan Darah
 Yuda menekankan pentingnya penerapan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat, rutin melakukan aktivitas fisik, menjauhi alkohol dan rokok, serta menghindari stres untuk mencegah hipertensi.
Rektor Unika Atma Jaya itu menyarankan individu berusia 40 tahun ke atas secara berkala mengukur tekanan darah agar bisa mendeteksi dini peningkatannya.
Â
Advertisement