Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan rokok elektrik atau vape kian marak di Indonesia dalam dekade terakhir. Tren ini tidak hanya menjadi gaya hidup tapi juga ancaman kesehatan serius, terutama bagi generasi muda.
Menurut Global Adult Tobacco Survey Indonesia, pada tahun 2021 jumlah pengguna vape mencapai lebih dari 6 juta orang, meningkat pesat dari hanya setengah juta pengguna pada tahun 2011. Dengan pertumbuhan ini, penting untuk memahami bagaimana cara efektif menghentikan kebiasaan yang berisiko ini.
Baca Juga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyoroti bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh penggunaan vape, terutama bagi generasi muda. Meski demikian, kabar baiknya adalah ada berbagai cara efektif yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk berhenti menggunakan vape.
Advertisement
Berikut lima cara utama yang dapat membantu kamu terbebas dari kecanduan vape, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 20 Desember 2024.
1. Memahami Aspek Fisik dan Psikologis Kecanduan Vape
Kecanduan vape tidak hanya bersifat fisik akibat nikotin, tapi juga psikologis. Ketergantungan fisik muncul karena tubuh menginginkan nikotin, yang jika tidak terpenuhi dapat menyebabkan gejala putus zat seperti perubahan suasana hati dan perilaku. Di sisi lain, kecanduan psikologis sering dikaitkan dengan mekanisme mengatasi stres atau pengaruh sosial.
"Ketergantungan nikotin, terutama melalui vape, menjadi ancaman serius bagi generasi muda kita. Tanpa intervensi segera, kita berisiko menghadapi krisis kesehatan masyarakat di masa depan," kata Ketua Kelompok Kerja Tembakau dan Kesehatan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P.K.R.(K), M.Pd.Ked.Â
Â
2. Menggunakan Terapi Pengganti Nikotin (NRT)
Terapi Pengganti Nikotin (NRT) telah terbukti secara klinis membantu pengguna berhenti dari kecanduan nikotin. Misalnya, semprotan mulut Nicorette QuickMist yang mengandung dua miligram nikotin telah terbukti efektif dalam mengurangi keinginan untuk menggunakan rokok elektrik.
Studi yang dipublikasikan dalam Addiction Journal menunjukkan bahwa solusi ini memberikan hasil yang cepat dalam mengatasi gejala putus zat. Pendekatan ini dapat diterapkan di Indonesia dengan memastikan ketersediaan produk NRT secara luas dan terjangkau, khususnya untuk generasi muda yang rentan terhadap kecanduan vape.
Â
Advertisement
3. Mendapatkan Dukungan Terapi Perilaku
Terapi perilaku seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dapat membantu pengguna mengenali pemicu yang menyebabkan mereka menggunakan vape. Dengan kombinasi antara NRT dan dukungan perilaku, peluang keberhasilan untuk berhenti meningkat hingga 25 persen dibandingkan hanya menggunakan satu metode.
Indonesia dapat memanfaatkan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan platform digital untuk menyediakan akses mudah terhadap dukungan profesional. Pendekatan ini membantu individu tidak hanya mengatasi ketergantungan fisik tetapi juga kebiasaan psikologis yang mendukung kecanduan vape.
Â
4. Mengikuti Kampanye Kesadaran Publik
Negara-negara seperti Inggris telah meluncurkan kampanye kesadaran publik yang berhasil menurunkan tingkat penggunaan nikotin. Di Indonesia, kampanye serupa perlu ditingkatkan, khususnya untuk mendidik generasi muda tentang risiko kesehatan dari vape.
"Regulasi yang efektif, dikombinasikan dengan pendidikan dan program penghentian, adalah kunci untuk membalikkan tren ini,"Â kata Feni.
Â
Advertisement
5. Melibatkan Penelitian dan Kolaborasi
Untuk menghadapi tantangan vaping craving, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami kebutuhan lokal serta kolaborasi antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat. Pendekatan berbasis bukti seperti yang dilakukan di negara lain dapat diadaptasi untuk membantu populasi Indonesia.
Dr. dr. Feni Fitriani, menambahkan,"Menerapkan kombinasi NRT, program dukungan perilaku, dan kampanye kesehatan masyarakat tidak hanya akan penting dalam mengurangi kecanduan nikotin, tapi juga mengatasi penggunaan vape yang semakin meningkat dan mengurangi risiko kesehatan jangka panjang."