Liputan6.com, Jakarta - Jalan kaki merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus. Dengan menerapkan rutinitas yang teratur, seperti pola 6-6-6, aktivitas ini dapat efektif dalam mengurangi lemak perut serta memberikan beragam manfaat kesehatan yang lainnya.
Pola 6-6-6 meliputi kegiatan jalan kaki selama 60 menit yang dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 6 pagi dan 6 sore. Selain itu, sebelum berjalan, disarankan untuk melakukan pemanasan selama 6 menit dan pendinginan selama 6 menit setelahnya, seperti yang dikutip dari healthshots pada Minggu, 22 Desember 2024.
Baca Juga
Ahli Kebugaran, Varun Rattan mengungkapkan, "Pola ini memaksimalkan manfaat jalan kaki harian Anda, tidak hanya meningkatkan kebugaran fisik tapi juga membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan metabolisme tubuh." Dengan mengikuti pola ini, Anda tidak hanya menjaga kebugaran tetapi juga mendapatkan manfaat tambahan bagi kesehatan.
Advertisement
Berikut adalah tujuh manfaat dari rutinitas jalan kaki 6-6-6 yang dapat membantu Anda dalam mengurangi lemak perut serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
1. Membakar Kalori
Salah satu keuntungan yang paling langsung dari pola 6-6-6 adalah kemampuannya dalam membakar kalori. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Sports Medicine and Health Science pada tahun 2021 menunjukkan bahwa berjalan sejauh 1,6 kilometer dapat membakar sekitar 107 kalori.
Jumlah kalori yang terbakar ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti berat badan, jenis kelamin, dan usia Anda. Semakin sering Anda berjalan, semakin banyak kalori yang dapat dibakar, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan berat badan.
2. Mempercepat Proses Metabolisme
Pola 6-6-6 berperan penting dalam meningkatkan metabolisme tubuh. Dengan melakukan aktivitas berjalan secara rutin, tubuh Anda akan menjadi lebih efektif dalam mengolah energi, yang pada akhirnya dapat mempercepat laju metabolisme. "Metabolisme yang lebih tinggi berarti Anda membakar lebih banyak kalori bahkan saat beristirahat. Seiring waktu, ini akan membantu tubuh lebih efisien dalam membakar lemak," ujar Rattan. Melalui pendekatan ini, Anda tidak hanya mendapatkan manfaat dari peningkatan aktivitas fisik, tetapi juga dapat merasakan perubahan positif dalam cara tubuh Anda membakar kalori. Dengan demikian, menerapkan pola ini dapat menjadi strategi yang efektif untuk mencapai tujuan kebugaran Anda.
Advertisement
3. Menurunkan Tingkat Stres
Stres sering kali menjadi faktor utama yang menyebabkan peningkatan berat badan serta menjadi penghalang dalam usaha menurunkan berat badan. Ketika seseorang mengalami stres, tubuhnya akan memproduksi hormon kortisol, yang dapat mendorong keinginan untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan mengganggu pola tidur yang baik.
Melakukan aktivitas jalan kaki secara teratur, terutama dengan mengikuti rutinitas yang terstruktur seperti pola 6-6-6, telah terbukti efektif dalam menurunkan kadar kortisol dan mengurangi tingkat stres. Selain itu, jalan kaki juga dapat merangsang pelepasan endorfin, yaitu hormon yang berfungsi untuk meningkatkan suasana hati dan mengurangi faktor emosional yang dapat memicu kebiasaan makan berlebihan, seperti yang dinyatakan dalam "studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Medicine."
4. Meningkatkan Kesehatan Jantung Anda
Memiliki berat badan yang berlebihan, khususnya di area perut, dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung serta diabetes. Sebagaimana dinyatakan dalam AHA/ASA Journal, "jalan kaki merupakan latihan kardiovaskular yang sangat baik untuk memperkuat jantung dan memperbaiki sirkulasi darah." Dengan menerapkan pola 6-6-6, Anda bisa menyusun jadwal untuk berjalan kaki secara rutin, yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, serta meningkatkan kesehatan jantung secara keseluruhan.
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain membantu mengontrol berat badan, berjalan kaki juga dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental dan emosional. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan berjalan kaki sebagai bagian dari rutinitas harian Anda. Dengan begitu, Anda tidak hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Advertisement
5. Meningkatkan Respons Insulin
Berjalan kaki memiliki banyak keuntungan, terutama bagi individu yang mengalami resistensi insulin atau berisiko terkena diabetes tipe 2. Melalui pola 6-6-6, sensitivitas insulin dalam tubuh dapat ditingkatkan, yang berarti tubuh Anda akan lebih efektif dalam mengolah glukosa.
Dengan peningkatan ini, tubuh dapat memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi, alih-alih menyimpannya dalam bentuk lemak. Hal ini pada gilirannya dapat berkontribusi pada pengelolaan berat badan yang lebih baik dan kesehatan secara keseluruhan.
6. Bermanfaat bagi pencernaan.
Berjalan kaki memiliki manfaat untuk merangsang otot-otot dalam sistem pencernaan, sehingga memperlancar pergerakan makanan di dalamnya. Dengan mengikuti pola 6-6-6 yang mencakup aktivitas jalan kaki selama 60 menit secara teratur, Anda dapat mengurangi masalah seperti kembung, sembelit, dan ketidaknyamanan lainnya.
Lebih jauh lagi, menjaga pencernaan yang baik dapat meningkatkan metabolisme tubuh, yang berarti Anda akan membakar lebih banyak kalori walaupun tidak sedang berolahraga. Seperti yang dikatakan, "Jalan kaki dapat merangsang otot-otot saluran pencernaan, membantu makanan bergerak lancar melalui sistem pencernaan." Oleh karena itu, penting untuk menjadikan berjalan kaki sebagai bagian dari rutinitas harian Anda.
Advertisement
7. Memperbaiki Kualitas Tidur
Pola tidur 6-6-6 berpotensi untuk meningkatkan kualitas tidur dengan cara mengatur siklus tidur dan merangsang produksi melatonin. "Jalan kaki, terutama di sore hari, membantu menenangkan pikiran dan mempersiapkan tubuh untuk tidur yang dalam dan nyenyak," ungkap Rattan. Tidur yang berkualitas sangat krusial untuk proses metabolisme lemak dan penurunan berat badan, karena pada saat tidur, tubuh melakukan perbaikan dan membakar lemak, seperti yang diuraikan dalam International Journal of Obesity.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence