Liputan6.com, Jakarta Tiap anak memiliki waktu yang berbeda-beda untuk memulai toilet training. Namun, menunda melakukan toilet training juga bisa menimbulkan masalah kesehatan pada anak.Â
"Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran adanya peningkatan penyebaran penyakit baik infeksi, diare, maupun hepatitis A," kata anggota Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Meitha Pingkan Esther SpA (K).
Baca Juga
Meitha mengungkapkan toilet training yang tertunda juga pada anak menyebabkan penolakan untuk buang air besar. Anak bisa mengalami masalah konstipasi, juga masalah-masalah pencapaian dan pemeliharaan kontrol kandung kemih.
Advertisement
Lalu, pembelajaran toilet training yang tertunda juga berpeluang menyebabkan stres pada orang tua, anggota keluarga, petugas di tempat penitipan anak, dan guru di sekolah.
Kehadiran anak-anak yang belum terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil maupun buang air besar bisa menambah beban kerja petugas tempat penitipan anak dan taman bermain anak seperti disampaikan Meitha mengutip Antara.
Tujuan Toilet Training
Toilet training dilakukan untuk melatih anak supaya bisa secara mandiri buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
Ada dua tujuan utama toilet traning kata Meitha. Pertama, memampukan anak mengenali sensasi buang air kecil serta menguasai tata cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
"Misalnya, begitu anak merasa ada sensasi untuk buang air kecil dia akan menuju toilet, dia akan duduk di toilet, buang air kecil, setelah itu dia akan membersihkan dirinya sendiri, menyiram toiletnya, cuci tangan, dan seterusnya," katanya.
Pada intinya, pelatihan dilakukan supaya anak menguasai seluruh tata laku yang menyertai kunjungan ke toilet, termasuk memakai celana sendiri.
Kisaran Usia Anak Mulai Toilet Training
Pada anak non autisme memulai toilet training pada usia 12-36 bulan. Pada fase ini anak mengeksplorasi lingkungan dengan cepat dan juga ini ada fase anal yang merupakan fase toilet training.
Lalu, pada usia 24 bulan anak umumnya sudah bisa berbicara, memahami pembicaraan, dan berkomunikasi.
Kemampuan kognitif dan emosional yang dibutuhkan untuk menjalani toilet training, ia melanjutkan, sudah berkembang ketika anak berusia 18 sampai 30 bulan.
"Dari beberapa kepustakaan dikatakan bahwa rata-rata usia anak tanpa autisme untuk dilatih toilet training adalah pada usia dua tahun enam bulan," kata Meitha.
Penting untuk diingat bahwa usia tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai patokan dalam menentukan waktu untuk memulai pelaksanaan toilet training anak mengingat setiap anak memiliki kecepatan perkembangan masing-masing.
Advertisement
Jadwal Pelatihan Toilet Training
Meitha memaparkan bahwa perlu ada jadwal pelatihan toilet training tujuannya mengajari anak buang air kecil di toilet dan menahan buang air kecil ketika tidak berada di toilet.
Jadwal pelatihan yang dimaksud yakni
1. Ajak anak ke kamar mandi setiap 90 menit, kalau tidak buang air kecil, interval berikutnya menjadi 60 menit. Bila berhasil buang air kecil kembalikan jadwal kembali ke toilet 90 menit kemudian.
"Ajarkan anak untuk menunggu buang air kecil saat dibawa ke toilet," kata Meitha.
2. Setiap 3 menit atau lebih, berikan penguatan positif agar anak duduk di toilet dengan baik.
Caranya bisa dengan orang dewasa menyanyikan lagu atau melihat buku atau bermain dengan mainannya. Namun, jangan sampai terlibat dengan permainannya sampai dia lupa untuk pipis.
Meitha menyarankan orang tua memberikan apresiasi jika anak berhasil menjalani fase pelatihan menggunakan toilet secara mandiri, mengingat proses belajar menggunakan toilet secara mandiri merupakan tonggak penting dalam perkembangan anak.Â
Â
Bila Anak Pipis di Celana, Harus Apa?
Jika saat sudah toilet training anak tak mampu menahan pipis, alhasil belum ke toilet sudah pipis harus bagaimana?
Meitha meminta agar orangtua mengajak anak untuk membersihkan urine yang ada di lantai.
"Namun, jangan dilakukan untuk menghukum ya. Ini anak dilakukan agar anak mengalami konsekuensi alami dan mencegah terjadi accident lagi," katanya.
Jika anak terlalu banyak mengalami accident yang banyak, Meitha mengatakan agar jadwal ke toilet lebih dipersingkat. Jadi kurang dari 90 menit sudah diajak ke toilet.
Â
Advertisement