Sukses

Cerita Pakar Kesehatan Dicky Budiman Kunjungi Baduy untuk Turunkan Angka Stunting Sambil Nostalgia

Masyarakat Baduy belum mengerti soal stunting, tapi mereka tahu bahwa anak-anak perlu mengonsumsi makanan bergizi.

Liputan6.com, Jakarta - Pakar kesehatan global Dicky Budiman bercerita tentang pengalamannya mengunjungi warga Suku Baduy di Banten.

Kunjungannya pada 22 Desember 2024 bertujuan melakukan pengabdian masyarakat sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Provinsi Banten.

Menurut pembina mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI itu, kunjungan ini bak nostalgia lantaran ia sempat tinggal lama di Kabupaten Lebak. Ini adalah kabupaten yang sama dengan suku Baduy.

“Saya besar di tanah Banten, masih di Kabupaten Lebak dekat Baduy masih satu kabupaten, saya SD dan SMP itu di Rangkasbitung dan kebetulan juga bapak saya adalah Kepala Dinas Kesehatan di era tahun 80an di Kabupaten Lebak dan sering bolak balik ke Baduy,” kenang Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Senin (30/12/2024).

Dicky menambahkan, saking seringnya bolak-balik ke Baduy, ia pun memiliki hubungan dekat dengan para Jaro atau kepala dusun.

“Kunjungan kemarin semacam bernostalgia dan bisa membandingkan apa yang saya lihat 30 tahun lalu dengan saat ini. Pertama yang saya dan saya apresiasi, cukup banyak perbaikan walaupun tidak bisa terlalu signifikan karena suku atau masyarakat adat ini menjaga betul nilai-nilai tradisi mereka,” jelas Dicky.

2 dari 4 halaman

Apa Masyarakat Baduy Sudah Mengerti Soal Stunting?

Dicky Budiman pun menyampaikan, masyarakat Baduy belum mengerti soal stunting, tapi mereka tahu bahwa anak-anak perlu mengonsumsi makanan bergizi.

“Apa mereka mengerti soal stunting? Kalau bicara stuntingnya ya tentu tidak atau belum. Tapi kalau soal mereka harus makan gizi seimbang, bergizi, air bersih itu sudah Alhamdulillah mayoritas sudah paham itu.”

Pakar keamanan dan ketahanan kesehatan SPS YARSI & CEPH Griffith menambahkan, stunting tidak hanya bicara soal makanan, tapi juga sanitasi.

“Bicara stunting bukan hanya bicara makan tapi juga MCK (mandi cuci kakus), sanitasi baik, tidak buang air besar (BAB) di kebun atau di sungai, ini masih jadi PR tentu.”

3 dari 4 halaman

Tantangan Pendidikan Masyarakat Baduy

Selain persoalan MCK, masyarakat Baduy juga masih menghadapi masalah pendidikan. Pasalnya, mereka tidak sekolah.

“Mereka tidak sekolah, tidak belajar membaca atau menulis. Ini akan menghambat akses mereka pada informasi tentang makanan sehat itu apa dan lain sebagainya.”

Tidak mengenyam pendidikan menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Baduy rentan mengalami stunting. Misalnya, terkait juga dengan penggunaan air sungai. Dicky tak memungkiri bahwa air sungai di Baduy bersih, tapi tetap memerlukan proses yang baik jika hendak dikonsumsi.

“Airnya relatif bersih ya kalau di sungai, tapi kan kalau untuk dikonsumsi dia harus tahu bagaimana menanak yang benar, ketika musim hujan kalau keruh bagaimana, ini kan perlu satu pendidikan yang berkelanjutan. Tentu tidak bisa mengandalkan pemerintah saja, tapi juga mereka sendiri harus memiliki kemampuan untuk mengakses informasi atau pengetahuan itu,” papar Dicky.

4 dari 4 halaman

Pengabdian Masyarakat di Baduy

Sebelumnya, dalam rangka mendukung upaya Sustainable Development Goals (SGDs) dan upaya percepatan penurunan stunting di Provinsi Banten, Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM).

PKM ini berupa pelayanan kesehatan masyarakat dan pencegahan stunting di kampung Ciboleger, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Dalam kegiatan bakti sosial ini diberikan bantuan berupa pemeriksaan kesehatan gratis, pemberian makanan tambahan (PMT) serta penyuluhan kepada 100 orang Keluarga Berisiko Stunting (KRS) Masyarakat Suku Baduy.

Dicky selaku penanggung jawab kegiatan dari YARSI menyatakan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif. Terutama dalam membantu pemerintah menurunkan angka stunting di Provinsi Banten. Khususnya di Kabupaten Lebak sebagai kabupaten dengan stunting tertinggi sebesar 35,5 persen (SKI 2023).

Dalam kegiatan tersebut Perwakilan BKKBN Provinsi Banten, menyambut baik kolaborasi tersebut. BKKBN Banten berharap kegiatan tersebut dapat terus dilanjutkan dan dapat direplikasi oleh semua elemen di masyarakat sebagai upaya bersama yang pentahelix untuk mengentaskan stunting dari Provinsi Banten.