Studi baru yang ditulis dalam Journal Spine menemukan bahwa pria yang secara teratur mengonsumsi opium (sejenis obat pengontrol, pengendali dan penghilang rasa nyeri) dengan dosis tinggi dalam jangka waktu empat bulam meningkatkan resiko disfungsi ereksi (DE) atau istilahnya 'letoi'.
Terlebih untuk pria yang rutin mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri, punggung pun rentan terkena resiko penyakit ini. Sebagai perbandingan, orang yang mengonsumsi opium, 50 persen lebih berisiko menderita ED (Erectile Dysfunction - disfungsi ereksi) dibanding yang tidak mengonsumsinya.
Hydrocodone, Oxycodone, dan Morfin adalah zat yang paling umum digunakan sebagai opium. Studi tentang 11.000 orang dengan nyeri punggung juga menunjukan bahwa pria usia di atas 70 kemungkinan besar beresiko menderita gangguan ini.
"Pria yang memilih opium sebagai obat penghilang nyeri dalam jangka waktu panjang, berisiko ED", kata Richard Deyo, Profesor Kedokteran di Oregon Health & Science University seperti dikutip dari Daiylmail, Senin (20/5/2013).
"Hal ini bukan berarti opium adalah faktor utama penyebab DE, namun harus disadari saat memutusakan apakah opium harus digunakan untuk mengobati sakit punggung," tambahnya.
Terdapat bukti bahwa penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan, overdosis fatal, sleep apnea (gangguan tidur dengan kesulitan bernapas), produksi hormon berkurang dan juga disfungsi ereksi", ucapnya.
Lebih dari 12 persen dari pria yang mengambil opium dengan dosis rendah (di bawah 120 mg) dalam jangka waktu 4 bulan berisiko menderita DE.
Pria berusia 60-69 tahun kemungkinan 14 kali menerima resep untuk obat ED dibandingkan yang berusia 18-29 tahun. Depresi dan penggunaan obat penenang seperti benzodiazepin juga meningkatkan kemungkinan terkena risiko DE.
(Mia/Abd)
Terlebih untuk pria yang rutin mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri, punggung pun rentan terkena resiko penyakit ini. Sebagai perbandingan, orang yang mengonsumsi opium, 50 persen lebih berisiko menderita ED (Erectile Dysfunction - disfungsi ereksi) dibanding yang tidak mengonsumsinya.
Hydrocodone, Oxycodone, dan Morfin adalah zat yang paling umum digunakan sebagai opium. Studi tentang 11.000 orang dengan nyeri punggung juga menunjukan bahwa pria usia di atas 70 kemungkinan besar beresiko menderita gangguan ini.
"Pria yang memilih opium sebagai obat penghilang nyeri dalam jangka waktu panjang, berisiko ED", kata Richard Deyo, Profesor Kedokteran di Oregon Health & Science University seperti dikutip dari Daiylmail, Senin (20/5/2013).
"Hal ini bukan berarti opium adalah faktor utama penyebab DE, namun harus disadari saat memutusakan apakah opium harus digunakan untuk mengobati sakit punggung," tambahnya.
Terdapat bukti bahwa penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan, overdosis fatal, sleep apnea (gangguan tidur dengan kesulitan bernapas), produksi hormon berkurang dan juga disfungsi ereksi", ucapnya.
Lebih dari 12 persen dari pria yang mengambil opium dengan dosis rendah (di bawah 120 mg) dalam jangka waktu 4 bulan berisiko menderita DE.
Pria berusia 60-69 tahun kemungkinan 14 kali menerima resep untuk obat ED dibandingkan yang berusia 18-29 tahun. Depresi dan penggunaan obat penenang seperti benzodiazepin juga meningkatkan kemungkinan terkena risiko DE.
(Mia/Abd)