Sukses

Jangan Sering Bilang `Saya Stres` pada Diri Sendiri, Bahaya!

Berhati-hati lah orang yang sering menyatakan "saya sangat stress", sebab orang itu mungkin harus memberi perhatian lebih banyak pada ini

Berhati-hati lah orang yang sering menyatakan "saya sangat stress", sebab orang itu mungkin harus memberi perhatian lebih banyak pada ini: risiko dua kali lipat untuk mengalami serangan jantung.

Temuan itu, oleh beberapa peneliti Prancis dan disiarkan pekan ini di European Heart Journal, memperlihatkan orang yang percaya mereka stress dan stress tersebut mempengaruhi kesehatan mereka, maka mereka menghadapi risiko dua kali lipat untuk mengalami serangan jantung dibandingkan dengan orang yang berpendapat ia tidak stress.

"Ini menunjukkan pendapat orang dan kenyataan tampaknya sangat berkaitan," kata pemimpin peneliti Herman Nabi, dari Institut Nasional Prancis.
    
"Dengan kata lain, orang tampaknya menyadari ketika stress mempengaruhi kesehatan mereka," tambahnya.
    
Para peneliti tersebut menganalisis data 7.268 pria dan wanita dari studi sebelumnya, kelompok British Whitehall II, dengan dasar daftar pertanyaan yang menanyakan, "Seberapa jauh anda menganggap stress atau tekanan yang telah anda alami dalam hidup anda memiliki pengaruh pada kesehatan anda?"
    
Para peserta memilih jawaban dari daftar; "tidak sama sekali, "sedikit", "sedang", "banyak", dan "sangat banyak". Mereka juga diminta untuk menunjukkan tingkat stress mereka dan faktor lain, termasuk merokok, minum alkohol, makanan, olah raga dan kondisi kesehatan yang sudah ada seperti diabetes.
    
Orang yang menjawab pertanyaan pertama dengan "banyak", atau "sangat banyak" memiliki risiko 2,12 kali lebih tinggi untuk terserang atau meninggal akibat serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang berpendapat stress tidak mempengaruhi kesehatan mereka.
    
"Tujuan utama kami dalam penelitian ini ialah untuk memperlihatkan (pendapat bahwa) persepsi orang mengenai bagaimana dampak stress pada kesehatan mereka itu sah, dan mesti dipertimbangkan dalam penelitian masa depan serta penetapan klinik," kata Herman Nabi.

"Kami juga ingin memperlihatkan bahwa reaksi terhadap stres sangat berbeda antara individu. Pada kenyataannya, satu situasi yang penuh tekanan buat seseorang mungkin tidak penuh tekanan buat orang lain."
Video Terkini