Kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengembangkan alat pendeteksi pembuluh darah balita generasi ketiga.
"Keunggulan dari alat generasi ketiga itu terletak pada energi yang dikeluarkan lebih hemat dibandingkan dengan dua generasi sebelumnya," kata koordinator kelompok Dian Budi Santoso di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (8/7/2013).
Menurut dia, pendeteksi pembuluh darah balita generasi ketiga tersebut menggunakan optimasi "fuzzy logic". "Fuzzy logic" merupakan pengatur cahaya dengan teknik pengontrolan cahaya yang diharapkan dapat menembus kulit dan daging bayi.
"Dengan demikian akan membantu perawat untuk menginfus bayi dan mencegah pecahnya nadi bayi saat penyuntikan," katanya.
Ia mengatakan, komponen alat generasi ketiga itu masih sama dengan pendeteksi pembuluh darah generasi sebelumnya yang dikembangkan oleh Ade Pajar Pirdianto, tetapi ada pengelompokan usia yang akan berpengaruh pada cahaya yang dikeluarkan.
"Dengan pengelompokan usia, maka kita bisa mengatur nyala ’Light Emitting Diode’ (LED) yang ada dalam alat tersebut sehingga tidak semuanya menyala," katanya.
Anggota kelompok Fajar Eka Septiyadi mengatakan, komponen pendeteksi pembuluh darah balita generasi ketiga itu menggunakan LED Super Fluks yang membuat hasil cahayanya lebih terang.
"LED merupakan lampu pada alat itu yang cahayanya akan menembus kulit balita sehingga pembuluh darahnya akan terlihat," katanya.
Menurut dia, pendeteksi pembuluh darah generasi ketiga itu telah diuji di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Alat itu sudah diuji coba langsung oleh perawat kepada balita usia dua minggu sampai usia tiga tahun, dan mereka merasakan manfaat dari alat itu.
"Dengan adanya alat itu diharapkan dapat meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Indonesia. Pendeteksi pembuluh darah balita hemat energi itu diharapkan juga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesahatan," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lainnya yang mengembangkan alat itu adalah Dhorizqy FSD, Satria, dan Irania Dwi W.
"Keunggulan dari alat generasi ketiga itu terletak pada energi yang dikeluarkan lebih hemat dibandingkan dengan dua generasi sebelumnya," kata koordinator kelompok Dian Budi Santoso di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (8/7/2013).
Menurut dia, pendeteksi pembuluh darah balita generasi ketiga tersebut menggunakan optimasi "fuzzy logic". "Fuzzy logic" merupakan pengatur cahaya dengan teknik pengontrolan cahaya yang diharapkan dapat menembus kulit dan daging bayi.
"Dengan demikian akan membantu perawat untuk menginfus bayi dan mencegah pecahnya nadi bayi saat penyuntikan," katanya.
Ia mengatakan, komponen alat generasi ketiga itu masih sama dengan pendeteksi pembuluh darah generasi sebelumnya yang dikembangkan oleh Ade Pajar Pirdianto, tetapi ada pengelompokan usia yang akan berpengaruh pada cahaya yang dikeluarkan.
"Dengan pengelompokan usia, maka kita bisa mengatur nyala ’Light Emitting Diode’ (LED) yang ada dalam alat tersebut sehingga tidak semuanya menyala," katanya.
Anggota kelompok Fajar Eka Septiyadi mengatakan, komponen pendeteksi pembuluh darah balita generasi ketiga itu menggunakan LED Super Fluks yang membuat hasil cahayanya lebih terang.
"LED merupakan lampu pada alat itu yang cahayanya akan menembus kulit balita sehingga pembuluh darahnya akan terlihat," katanya.
Menurut dia, pendeteksi pembuluh darah generasi ketiga itu telah diuji di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Alat itu sudah diuji coba langsung oleh perawat kepada balita usia dua minggu sampai usia tiga tahun, dan mereka merasakan manfaat dari alat itu.
"Dengan adanya alat itu diharapkan dapat meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Indonesia. Pendeteksi pembuluh darah balita hemat energi itu diharapkan juga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesahatan," katanya.
Anggota kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lainnya yang mengembangkan alat itu adalah Dhorizqy FSD, Satria, dan Irania Dwi W.