MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) diharapkan Kementerian Kesehatan bisa menjadi alternatif cara untuk menekan angka kematian bayi di Indonesia yang tinggi.
Sulitnya akses maupun tenaga kesehatan, merupakan kendala yang dihadapi pemerintah dalam menekan angka kematian bayi dan balita. Jadi apa itu MBTS?
Menurut Direktur Bina Kesehatan Anak dr. Jane Soepardi, MBTS merupakan suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana kasus balita sakit di fasilitas tingkat dasar.
"Seringkali ketika anak sakit kemudian pergi ke dokter, biasanya petugas kesehatannya pasif. Misalnya saja anak mengalami batuk. Kemudian petugas hanya memeriksa batuknya. Dalam program MTBS ini, ada semacam check list terhadap semua anak. Jadi apa pun keluhannya harus diperiksa semua, dari ujung kepala sampai kaki," kata Jane yang ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (19/72013).
Hal ini penting menurut Jane, karena ada banyak penyakit dan kemungkinan penyakit lain yang bisa ditemukan dan dideteksi lebih awal.
"Dengan program ini, diharapkan semua penyakit anak dapat ditemukan lebih awal," ungkap Jane.
Jane beranggapan jika anak rata-rata sakit pertahunnya sebanyak lima kali, berarti ada satu kali anak pergi ke rumah sakit. Artinya, ada sekitar 20 persen anak yang butuh perawatan ke rumah sakit.
"Maka itu perlu ada stategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan MTBS, kader akan diberikan pengetahuan mengenai manajemen balita sakit, gizi, imunisasi dan pencegahan berbagai penyakit dan promosi tumbuh kembang,"jelasnya.
Strateginya ini dijelaskan Jane bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita dengan meningkatkan pelayanan di unit rawat jalan di fasilitas kesehatan dasar (puskesmas, pustu dan polindes).
Tapi untuk melakukan program tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi, seperti:
1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan
"Petugas harus terampil, bahkan mereka yang sudah terlatih harus dilatih ulang. Karena ada petugas kesehatan yang hanya bisa mendeteksi tapi tidak bisa menangani,"kata Jane.
2. Memperbaiki sistem kesehatan
Agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif, maka diperlukan perbaikan sistem seperti,tenaga kesehatan, obat, aturan, data, obat maupun pelayanan. Semua kegiatan ini dicatat dan dijankan sesuai prosedur (SOP).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
"Orang di rumah harus bisa merawat. Ibu kita mampukan, sehingga kalau ada apa-apa kita bisa tahu pertolongan pertamanya," kata Jane.
Sementara untuk pelaksana MTBS sendiri terdiri dari tenaga kesehatan di puskesmas, pustu, polindes dan poskesdes (perawat, bidan, dan dokter) dan kader dari masyarakat.
(Fit/Mel/*)
Sulitnya akses maupun tenaga kesehatan, merupakan kendala yang dihadapi pemerintah dalam menekan angka kematian bayi dan balita. Jadi apa itu MBTS?
Menurut Direktur Bina Kesehatan Anak dr. Jane Soepardi, MBTS merupakan suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana kasus balita sakit di fasilitas tingkat dasar.
"Seringkali ketika anak sakit kemudian pergi ke dokter, biasanya petugas kesehatannya pasif. Misalnya saja anak mengalami batuk. Kemudian petugas hanya memeriksa batuknya. Dalam program MTBS ini, ada semacam check list terhadap semua anak. Jadi apa pun keluhannya harus diperiksa semua, dari ujung kepala sampai kaki," kata Jane yang ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (19/72013).
Hal ini penting menurut Jane, karena ada banyak penyakit dan kemungkinan penyakit lain yang bisa ditemukan dan dideteksi lebih awal.
"Dengan program ini, diharapkan semua penyakit anak dapat ditemukan lebih awal," ungkap Jane.
Jane beranggapan jika anak rata-rata sakit pertahunnya sebanyak lima kali, berarti ada satu kali anak pergi ke rumah sakit. Artinya, ada sekitar 20 persen anak yang butuh perawatan ke rumah sakit.
"Maka itu perlu ada stategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan MTBS, kader akan diberikan pengetahuan mengenai manajemen balita sakit, gizi, imunisasi dan pencegahan berbagai penyakit dan promosi tumbuh kembang,"jelasnya.
Strateginya ini dijelaskan Jane bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita dengan meningkatkan pelayanan di unit rawat jalan di fasilitas kesehatan dasar (puskesmas, pustu dan polindes).
Tapi untuk melakukan program tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi, seperti:
1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan
"Petugas harus terampil, bahkan mereka yang sudah terlatih harus dilatih ulang. Karena ada petugas kesehatan yang hanya bisa mendeteksi tapi tidak bisa menangani,"kata Jane.
2. Memperbaiki sistem kesehatan
Agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif, maka diperlukan perbaikan sistem seperti,tenaga kesehatan, obat, aturan, data, obat maupun pelayanan. Semua kegiatan ini dicatat dan dijankan sesuai prosedur (SOP).
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
"Orang di rumah harus bisa merawat. Ibu kita mampukan, sehingga kalau ada apa-apa kita bisa tahu pertolongan pertamanya," kata Jane.
Sementara untuk pelaksana MTBS sendiri terdiri dari tenaga kesehatan di puskesmas, pustu, polindes dan poskesdes (perawat, bidan, dan dokter) dan kader dari masyarakat.
(Fit/Mel/*)