Transplantasi organ jantung dan hati mungkin sudah biasa didengar dan memang hal ini sudah dilakukan oleh banyak dokter. Namun, bagaimana reaksi Anda bila mendengar transplantasi kepala?
Anda pasti tidak percaya dan langsung menolak untuk melakukan hal itu. Namun, rupanya, transplantasi kepala akan segera direalisasikan dalam dunia medis.
"Beberapa ilmuwan telah berhasil merekayasa sel dan saraf manusia. Hal itu juga telah mengalami kemajuan sekaligus menunjukkan bahwa saraf tulang belakang manusia juga dapat disatukan dan memungkinkan bahwa transplantasi kepala dapat dilakukan dengan sukses," ujar Dr Sergio Canavero, dari Turin Advanced Neuromodulation Group di Italia, seperti dikutip metro.co.uk, Rabu (31/7/2013).
Para peneliti telah melakukan beberapa percobaan untuk meyatukan saraf tulang belakang hewan dan melihat apakah hal itu dapat memungkinkan obyek percobaan untuk bertahan hidup.
Pada tahun 1970, Dr Robert White, seorang ahli bedah saraf di Ohio, AS, mencoba untuk mentransplantasikan kepala monyet rhesus ke tubuh monyet rhesus lainnya. Proses pembedahan dapat dilakukan dengan lancar, namun monyet tersebut tidak dapat menggerakan bagian tubuh yang berada di bawah leher. Selain itu, saraf sumsum tulang belakang juga tidak dapat diperbaiki dan ia hanya bertahan hidup selama delapan hari.
Kemudian, pada tahun 2001, peneliti kembali melakukan percobaan yang sama. Kali ini, monyet yang telah melakukan transplantasi kepala dapat membuka mata, mencium, dan merasakan makanan. Namun, lagi-lagi ia mengalami kelumpuhan akibat sumsum tulang tidak dapat dihubungkan. Beberapa jam setelah operasi, monyet itu mati.
Namun, baru-baru ini para ilmuwan berhasil menyambung kembali saraf tulang belakang pada tikus. Saraf tulang belakang yang rusak dapat diperbaiki dan dipadukan dengan sebuah zat kimia yang disebut 'membran fusogens' atau sealant.
Hasilnya sungguh menakjubkan, hewan ini tidak mengalami kelumpuhan dan dapat bertahan hidup. Keberhasilan percobaan itu membuat Dr Canavero yakin bahwa transplantasi kepala manusia dapat dilakukan.
"Prosedur transplantasi kepala manusia akan dilakukan seperti percobaan yang telah dilakukan kepada hewan. Kedua belah pihak akan dibius total selama pembedahan. Kepala yang akan ditransplantasikan akan didinginkan terlebih dahulu dengan suhu 12C hingga 15C. Kepala tersebut harus segera ditransplantasikan. Sebab, otak manusia masih dapat berfungsi tanpa aliran darah dan oksigen hanya dalam kurun waktu satu jam," terangnya.
Ia melanjutkan bahwa jantung pasien dapat berdetak kembali setelah kepala selesai ditransplantasikan. Proses transplantasi kepala ini akan menelan biaya 8.5 juta Poundsterling atau sekitar Rp116 miliar.
(Mel/*)
Anda pasti tidak percaya dan langsung menolak untuk melakukan hal itu. Namun, rupanya, transplantasi kepala akan segera direalisasikan dalam dunia medis.
"Beberapa ilmuwan telah berhasil merekayasa sel dan saraf manusia. Hal itu juga telah mengalami kemajuan sekaligus menunjukkan bahwa saraf tulang belakang manusia juga dapat disatukan dan memungkinkan bahwa transplantasi kepala dapat dilakukan dengan sukses," ujar Dr Sergio Canavero, dari Turin Advanced Neuromodulation Group di Italia, seperti dikutip metro.co.uk, Rabu (31/7/2013).
Para peneliti telah melakukan beberapa percobaan untuk meyatukan saraf tulang belakang hewan dan melihat apakah hal itu dapat memungkinkan obyek percobaan untuk bertahan hidup.
Pada tahun 1970, Dr Robert White, seorang ahli bedah saraf di Ohio, AS, mencoba untuk mentransplantasikan kepala monyet rhesus ke tubuh monyet rhesus lainnya. Proses pembedahan dapat dilakukan dengan lancar, namun monyet tersebut tidak dapat menggerakan bagian tubuh yang berada di bawah leher. Selain itu, saraf sumsum tulang belakang juga tidak dapat diperbaiki dan ia hanya bertahan hidup selama delapan hari.
Kemudian, pada tahun 2001, peneliti kembali melakukan percobaan yang sama. Kali ini, monyet yang telah melakukan transplantasi kepala dapat membuka mata, mencium, dan merasakan makanan. Namun, lagi-lagi ia mengalami kelumpuhan akibat sumsum tulang tidak dapat dihubungkan. Beberapa jam setelah operasi, monyet itu mati.
Namun, baru-baru ini para ilmuwan berhasil menyambung kembali saraf tulang belakang pada tikus. Saraf tulang belakang yang rusak dapat diperbaiki dan dipadukan dengan sebuah zat kimia yang disebut 'membran fusogens' atau sealant.
Hasilnya sungguh menakjubkan, hewan ini tidak mengalami kelumpuhan dan dapat bertahan hidup. Keberhasilan percobaan itu membuat Dr Canavero yakin bahwa transplantasi kepala manusia dapat dilakukan.
"Prosedur transplantasi kepala manusia akan dilakukan seperti percobaan yang telah dilakukan kepada hewan. Kedua belah pihak akan dibius total selama pembedahan. Kepala yang akan ditransplantasikan akan didinginkan terlebih dahulu dengan suhu 12C hingga 15C. Kepala tersebut harus segera ditransplantasikan. Sebab, otak manusia masih dapat berfungsi tanpa aliran darah dan oksigen hanya dalam kurun waktu satu jam," terangnya.
Ia melanjutkan bahwa jantung pasien dapat berdetak kembali setelah kepala selesai ditransplantasikan. Proses transplantasi kepala ini akan menelan biaya 8.5 juta Poundsterling atau sekitar Rp116 miliar.
(Mel/*)