Sukses

BPOM: Pangan Berbahaya Selama Ramadan Capai Rp 6,9 Miliar

Pangan berbahaya pada tahun ini mengalami peningkatan dari 82.666 kemasan pangan (2012) menjadi 171.887 kemasan hingga minggu ketiga Ramadan

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pangan berbahaya ternyata tahun ini mengalami peningkatan. Pada 2012, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan ada 82.666 kemasan pangan dengan nilai ekonimi Rp 3,3 miliar.

Sementara disebutkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Roy Sparringa bahwa hingga minggu ketiga Ramadan ini, ditemukan 171.887 kemasan dengan nilai ekonomi mencapai Rp 6,9 miliar.

"Pada minggu ketiga Ramadan, ada 13 persen pangan yang tidak memenuhi syarat dalam penyalahgunaan formalin, boraks dan pewarna tekstil," kata Roy saat temu media `Hasil Intensifikasi Pengawasan Pangan Ramadan dan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1434 H 2013` di Kantor BPOM, Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Roy mengatakan, walaupun jumlah pangan berbahaya paling banyak ditemukan di daerah perbatasan, tapi di Jakarta jumlahnya juga cukup tinggi. Seperti beberapa waktu lalu di Bendungan Hilir (Benhil) ditemukan ada sekitar 21 persen pangan takjil berbahaya.

"Pangan berbahaya tersebut termasuk jenis pangan seperti jelly, agar-agar, bakso, es (es cendol, es campur dan sejenisnya), bubur (kolak, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau dan sejenisnya), mi, minuman berwarna, sirup, kudapang (gorengan, termasuk empek-empek, lontong), makanan ringan (kerupuk, keripik), dan lauk pauk (sambal plecing, sate, ikan dan sejenisnya)," ungkap Roy.

Roy menambahkan bahan formalin dan rhodamin adalah yang paling tinggi digunakan sejumlah penjual. Kemudian pemanis buatan juga rata-rata melebihi batas.

(Fit/Mel)
EnamPlus