Para ibu memilih diapers atau popok untuk membantu menampung kotoran bayi. Namun perlu hati-hati popok dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada bayi dikutip CNN, Rabu (14/8/2013).
Selain penyakit tersebut, penggunaan popok juga dapat menyebabkan ibu stres. Penelitian baru menunjukan ibu berpenghasilan rendah merasa stres ketika menyediakan popok untuk bayi mereka.
Studi yang diterbitkan pada Journal Pediatric menunjukan hampir 30 persen wanita mememnuhi kebutuhan popok untuk bayinya. Delapan persen dari perempuan yang disurvei melaporkan tidak banyak menyiapkan popok sehingga tidak mengganti popok sebagaimana mestinya.
Terlalu lama menggunakan popok tidak hanya buruk untuk bayi namun juga buruk untuk para ibu. Para peneliti menemukan 30 persen ibu yang disurvei melaporkan mengalami semacam stres emosional atau depresi atas popok.
Stres yang dialami ibu dapat mempengaruhi anak-anak mereka. "Kita tahu bahwa stres dan depresi ibu memberikan kontribusi untuk perkembangan anak," kata Petugas National Diaper Bank Network, Joanne Goldblum.
Menurut peneliti orang tua tidak bisa menghabiskan waktu, misalnya, berbicara dengan mereka anak, membaca untuk anak mereka, bermain dengan anak mereka, ketika mereka berfokus pada penyediaan hanya kebutuhan mereka terpenuhi.
Dan ini membuat mereka stres. Jadi kita tahu ada koneksi langsung antara stres dan hasil anak. Selain Goldblum, dua penulis studi yang juga berafiliasi dengan National Diaper Bank Network, yang sebagian disponsori oleh perusahaan popok Huggies berkomentar tentang ini.
"Saya mulai sebagai seorang pekerja sosial. Saya melihat keluarga kembali menggunakan popok yang sudah dipakai. Dengan mengoleskan bedak kemudian popok tersebut dipakai kembali, "kata Goldblum.
Di Negara maju biaya popok mewakili lebih dari 6% dari gaji tahunannya. Ini bukan hanya masalah bagi orang yang berpenghasilan rendah.
Goldblum menambahkan, karena orang sering memiliki lebih dari satu anak yang masih menggunakan popok, "Ketika sampai ke 70 sampai 80 dolar per bulan, dua atau tiga kali, yang bisa stres sampai mendapatkan penghasilan tertentu".
Popok kain dirasa bisa menjadi alternatif untuk beberapa keluarga menurut Goldblum.
(Mia/Abd)
Selain penyakit tersebut, penggunaan popok juga dapat menyebabkan ibu stres. Penelitian baru menunjukan ibu berpenghasilan rendah merasa stres ketika menyediakan popok untuk bayi mereka.
Studi yang diterbitkan pada Journal Pediatric menunjukan hampir 30 persen wanita mememnuhi kebutuhan popok untuk bayinya. Delapan persen dari perempuan yang disurvei melaporkan tidak banyak menyiapkan popok sehingga tidak mengganti popok sebagaimana mestinya.
Terlalu lama menggunakan popok tidak hanya buruk untuk bayi namun juga buruk untuk para ibu. Para peneliti menemukan 30 persen ibu yang disurvei melaporkan mengalami semacam stres emosional atau depresi atas popok.
Stres yang dialami ibu dapat mempengaruhi anak-anak mereka. "Kita tahu bahwa stres dan depresi ibu memberikan kontribusi untuk perkembangan anak," kata Petugas National Diaper Bank Network, Joanne Goldblum.
Menurut peneliti orang tua tidak bisa menghabiskan waktu, misalnya, berbicara dengan mereka anak, membaca untuk anak mereka, bermain dengan anak mereka, ketika mereka berfokus pada penyediaan hanya kebutuhan mereka terpenuhi.
Dan ini membuat mereka stres. Jadi kita tahu ada koneksi langsung antara stres dan hasil anak. Selain Goldblum, dua penulis studi yang juga berafiliasi dengan National Diaper Bank Network, yang sebagian disponsori oleh perusahaan popok Huggies berkomentar tentang ini.
"Saya mulai sebagai seorang pekerja sosial. Saya melihat keluarga kembali menggunakan popok yang sudah dipakai. Dengan mengoleskan bedak kemudian popok tersebut dipakai kembali, "kata Goldblum.
Di Negara maju biaya popok mewakili lebih dari 6% dari gaji tahunannya. Ini bukan hanya masalah bagi orang yang berpenghasilan rendah.
Goldblum menambahkan, karena orang sering memiliki lebih dari satu anak yang masih menggunakan popok, "Ketika sampai ke 70 sampai 80 dolar per bulan, dua atau tiga kali, yang bisa stres sampai mendapatkan penghasilan tertentu".
Popok kain dirasa bisa menjadi alternatif untuk beberapa keluarga menurut Goldblum.
(Mia/Abd)