Sukses

Lawan Kawin Paksa dengan Cara Sendok di Pakaian Dalam

Untuk menyelamatkan para gadis, lembaga Nirlaba Karma Nirvana memiliki trik menggunakan sendok yang dimasukan ke pakaian dalam para korban.

Liburan musim panas di Inggris kerap menimbulkan kasus kawin paksa yang menimpa gadis remaja. pemerintah mengatakan biasanya anak berusia 15-16 tahun dibawa ke luar negeri untuk menikah tanpa persetujuan keluarga dan anak tersebut.

Untuk menyelamatkan para gadis ini, lembaga Nirlaba Karma Nirvana memiliki trik menggunakan sendok yang dimasukan ke pakaian dalam para korban.

Sendok yang tersembunyi ini memicu detektor logam di Bandara Inggris, hal ini untuk menghindari praktek yang sebagian besar dilakukan pemuda Inggris.

Kampanye lembaga yang berpusat di Derby, Central England sudah menerima 6.500 laporan per tahun dari seluruh Inggris.

"Jika korban tidak dapat melakukan banyak hal, kami sarankan mereka untuk menaruh sendok di pakaian dalam mereka," kata Karma Nirvana's operations manager, Natasha Rattu dikutip Foxnews, Rabu (21/8/2013).

"Ketika mereka pergi dan alat pendetektor logam berbunyi maka korban akan dibawa ke ruang yang aman dan memiliki satu kesempatan untuk mengungkapkan mereka sedang dipaksa untuk menikah," katanya.

Hal ini membuat mereka keluar dari situasi berbahaya, dan keluarga dapat membawa pulang korban ini dan dijamin aman oleh lembaga tersebut.

Kampanye ini bekerja sama dengan bandara London Heathrow, Liverpool dan Glasgow, serta Birmingham. Pernikahan tanpa persetujuan telah menyebabkan bunuh diri.

Pemerintah khawatir jumlah korban setiap tahunnya akan bertambah. Seperti kasus wanita yang identitasnya dilindungi Essex Police di Inggris mengaku diminta menikah secara paksa dan karena ancaman ayahnya di India.

"Aku berpikir untuk kabur namun diancam jika ketemu saya akan dibunuh," ujarnya. Wanita ini akan dikirim ke orang asing.

"Malam itu saya merasa diperkosa oleh suami yang saya nikahi dengan paksa dan kekerasan ini berlangsung selama sekitar delapan setengah tahun hidup saya," ungkapnya.

Kantor luar negeri tahun lalu menangani 1500 kasus yang sepertiganya melibatkan anak-anak berusia di bawah 17 tahun. Kasus ini berkaitan dengan 60 negara, 11 persen korban dibawa ke Bangladesh, delapan persen ke India dan dua persen ke Afghanistan.

"Ini benar-benar membutuhkan orang yang berani untuk berdiri melawan keluarga mereka atau pelaku," kata Rattu.

(Mia/Igw/*)

Video Terkini