Proses pengerjaan mencuci dengan mesin sepertinya mudah, namun hal ini ternyata dapat meningkatkan gangguan kesehatan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa bakteri yang berpotensi berbahaya untuk kesehatan bersembunyi pada mesin cuci. Siklus berputar menjadi tempat berkembang biak bagi kuman.
Ahli kesehatan terkemuka, dr. Lisa Ackerley menyerukan peningkatan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kehigienisan pakaian.
"Bersih belum berarti higienis," ujarnya dikutip Dailymail, Kamis (22/8/2013).
Kecenderungan mengurangi suhu sirkulasi mencuci dan volume air serta penggunaan deterjen telah memengaruhi efektivitas proses pencucian untuk mengurangi bakteri pada pakaian yang terkontaminasi.
Bahkan penilaian mikroba mengevaluasi infeksi risiko yang terkait dengan cucian. Ahli mikrobiologi menemukan rata-rata terdapat 10.000 organisme bakteri pada celana bersih.
"Saya sangat prihatin tentang bakteri dari pakaian dalam kotor yang berpindah ke pakaian lain seperti saputangan, handuk atau lap yang kemudian digunakan untuk menghapus piring," kata Dr Ackerley.
Pakaian yang paling mungkin terkontaminasi dengan bakteri adalah yang berkontak langsung dengan tubuh seperti pakaian dalam, handuk dan seprai.
Bakteri bersembunyi di dalam mesin cuci juga dapat berpotensi mencemari. Penelitian menunjukan sebanyak satu juta bakteri ditemukan hanya dalam dua sendok makan air cucian.
"Bakteri pada pakaian basah lebih cenderung mencemari tangan dan mentransfer kuman ke peralatan dapur atau makan yang akhirnya masuk ke dalam mulut," ungkap dr. Ackerley.
Dr. Ackerley menyarankan untuk memisahkan pakaian yang benar-benar kotor atau pakaian yang paling mudah terkontaminasi bakteri saat pencucian.
(Mia/Abd)
Penelitian telah menunjukkan bahwa bakteri yang berpotensi berbahaya untuk kesehatan bersembunyi pada mesin cuci. Siklus berputar menjadi tempat berkembang biak bagi kuman.
Ahli kesehatan terkemuka, dr. Lisa Ackerley menyerukan peningkatan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kehigienisan pakaian.
"Bersih belum berarti higienis," ujarnya dikutip Dailymail, Kamis (22/8/2013).
Kecenderungan mengurangi suhu sirkulasi mencuci dan volume air serta penggunaan deterjen telah memengaruhi efektivitas proses pencucian untuk mengurangi bakteri pada pakaian yang terkontaminasi.
Bahkan penilaian mikroba mengevaluasi infeksi risiko yang terkait dengan cucian. Ahli mikrobiologi menemukan rata-rata terdapat 10.000 organisme bakteri pada celana bersih.
"Saya sangat prihatin tentang bakteri dari pakaian dalam kotor yang berpindah ke pakaian lain seperti saputangan, handuk atau lap yang kemudian digunakan untuk menghapus piring," kata Dr Ackerley.
Pakaian yang paling mungkin terkontaminasi dengan bakteri adalah yang berkontak langsung dengan tubuh seperti pakaian dalam, handuk dan seprai.
Bakteri bersembunyi di dalam mesin cuci juga dapat berpotensi mencemari. Penelitian menunjukan sebanyak satu juta bakteri ditemukan hanya dalam dua sendok makan air cucian.
"Bakteri pada pakaian basah lebih cenderung mencemari tangan dan mentransfer kuman ke peralatan dapur atau makan yang akhirnya masuk ke dalam mulut," ungkap dr. Ackerley.
Dr. Ackerley menyarankan untuk memisahkan pakaian yang benar-benar kotor atau pakaian yang paling mudah terkontaminasi bakteri saat pencucian.
(Mia/Abd)