Seorang yang mengalami skizofrenia seakan-akan memiliki dunia sendiri. Hal ini tidak dapat dicegah dan pengobatan pun harus diberikan seumur hidup mereka.
Deskripsi
Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu "schizophrenia" yang memiliki arti "pikiran terbagi atau terpecah" di mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan pada emosi dan pikiran.
Seperti dilansir Mayo Clinic dan WebMD, Jumat (23/8/2013), skizofrenia juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya. Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia dewasa muda. Skizofrenia bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang kronis. Sebab, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari namanya pengobatan. Mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidup mereka.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan jenis skizofrenia ini.
4. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri.
Gejala
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia:
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia, bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:
Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial
Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.
(Mel)
Deskripsi
Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu "schizophrenia" yang memiliki arti "pikiran terbagi atau terpecah" di mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan pada emosi dan pikiran.
Seperti dilansir Mayo Clinic dan WebMD, Jumat (23/8/2013), skizofrenia juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya. Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia dewasa muda. Skizofrenia bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang kronis. Sebab, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari namanya pengobatan. Mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidup mereka.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan jenis skizofrenia ini.
4. Diferentiatif
Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri.
Gejala
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
- Berkhayal
- Halusinasi
- Gangguan pikiran
- Perilaku tidak teratur
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
- Sulit mengekspresikan emosi
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Kehilangan motivasi
- Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
- Mengabaikan kebersihan pribadi
3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:
- Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
- Sulit berkonsentrasi
- Masalah pada memori otak
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia:
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Penurunan kinerja di sekolah
- Sulit tidur
- Cepat emosi
Penyebab
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:
- Kondisi hidup yang penuh stres
- Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
- Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua
Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia, bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:
- Tes laboratorium
- Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan.
- Evaluasi psikologis
Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
- Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
- Obat antipsikotik atipikal
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial
Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:
- Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi.
- Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga yang berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
- Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna membantu penderita skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka walaupun dalam kondisi krisis.
- Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan mengidentifikasi tanda dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat menghindari kekambuhan.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.
(Mel)