Sukses

Diet Kurangi Nasi Berpotensi Rapuhkan Tulang dan Ganggu Ginjal

Diet rendah kalori dengan mengurangi konsumsi karbohidrat diterngarai dapat menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, hati-hatilah!

Ada teori yang menyatakan, kegemukan dipicu konsumsi karbohidrat berlebihan. Tubuh membakar karbohidrat dan lemak untuk energi, tetapi karbohidratlah yang pertama dipakai. Dengan memangkas karbohidrat serta mengonsumsi lebih banyak protein, berat badan akan merosot alami karena simpanan lemak di tubuh terbakar. Teori inilah yang mendasari diet Atkins, salah satu diet super rendah kalori yang sangat populer.

Diet Atkins diklaim bekerja sangat baik dalam menurunkan berat badan, termasuk pada mereka yang telah putus asa setelah gagal dengan banyak jenis diet lain. Tak hanya melangsingkan, diet ini juga dipromosikan dapat menyehatkan jantung serta fungsi memori.  

Pola makan ini dipopulerkan sejak tahun 1972 oleh dokter spesialis jantung yang juga ahli pengobatan komplementer, Dr. Robert Coleman Atkins. Berat badan lulusan University of Michigan, AS, ini semula 100 kg. Ia berhasil menurunkannya dengan diet rendah zat tepung.

Pengalaman pribadi itu ia terapkan pada banyak pasiennya yang kegemukan, dan berhasil. Ia pun kemudian memublikasikan pola makannya, antara lain lewat buku Dr. Atkins’ Diet Revolution tahun 1972, yang terjual jutaan kopi.
2 dari 3 halaman



Dilarang makan gula
Menganut diet Atkins terkesan enak karena kita masih boleh konsumsi banyak jenis makanan. Yang dilarang hanya karbohidrat seperti nasi, mi, kentang, tepung, gula refinasi, termasuk buah-buahan, dan hanya boleh makan sedikit sayuran hijau. Kita boleh mengonsumsi karbohidrat maksimal 20 gram dalam sehari, dari total karbohidrat dikurangi serat, dalam dua minggu pertama. Kita masih boleh makan daging, telur, keju, ikan, kerang, mentega, bahkan minyak jenuh.

Konsumsi rendah karbohidrat dalam dua minggu pertama akan jadi lompatan bagi aktivitas biokimia yang berperan menurunkan berat badan. Setelah itu kita boleh mengonsumsi karbohidrat berupa makanan kaya serat, tetapi tetap dilarang mengasup gula sekalipun yang terkandung dalam cake, juga susu, nasi putih, roti putih, kentang putih, atau pasta dari tepung putih. Setelah dua minggu kita boleh makan buah, sayuran, dan makanan dari gandum utuh.

Selanjutnya, setelah berat badan turun sesuai harapan, tinggal menjaganya dengan tetap menganut diet Atkins. Ketika berat badan sudah stabil, kini olah raga sebagai bagian gaya hidup sehat lebih ditekankan daripada ketika diet mulai dijalankan.
3 dari 3 halaman



Banyak ahli tak rekomendasi
Sejumlah studi, termasuk yang didanai American Heart Association dan National Institutes of Health, memang menunjukkan manfaat diet rendah karbohidrat semacam Atkins ini dalam menurunkan berat badan ketika dibandingkan dengan diet lain. Meski demikian, banyak ahli tetap tidak merekomendasikannya.

“Diet Atkins memang bermanfaat dalam menurunkan berat badan, tetapi juga meningkatkan kadar kolesterol jahat HDL dan trigliserida,” ujar Gary D. Foster, Ph.D, direktur klinis pada program penanganan gangguan makan dan berat badan di University of Pennsylvania, AS.

Foster juga menyoroti keamanan diet ini jika dilakukan dalam jangka panjang. “Kami khawatir diet Atkins akan menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan kanker. Diet ini potensial menyebabkan kerapuhan tulang dan orang yang punya gangguan ginjal atau lever bisa mendapat masalah akibat terlalu banyak asupan protein,” tambah Dr. Robert H. Eckel dari University of Colorado Health Sciences Center, di Denver, seperti dikutip WebMD.  

Prof. Gail Frank, ahli nutrisi dari California State University, Long Beach, menyatakan bahwa tubuh kita memerlukan minimal 150 gram karbohidrat sehari untuk dapat berfungsi secara baik. “Kurang dari itu, aktivitas metabolisme yang normal akan terganggu,” katanya.  

Otak kita juga perlu glukosa untuk berfungsi efisien. Diperlukan waktu lebih lama untuk memecah lemak dan protein lalu mengirimkannya ke otak. Karbohidrat, terutama sayuran, buah-buahan, dan bulir utuh, lebih efisien diubah menjadi glukosa, sehingga lebih cepat bisa dipakai otak.

“Ingat bahwa manusia lebih dulu mengonsumsi buah-buahan dan semacam beri ketimbang protein, dan hingga saat ini secara fisiologis manusia tidak mengalami banyak perubahan,” paparnya.

Dokter Spesialis Gizi Klinik dari FKUI-RSCM DR. Dr. Fiastuti Witjaksono, Sp.GK, MS, MSc, mengingatkan agar lebih baik menggunakan prinsip gizi seimbang, yakni porsi karbohidrat lebih besar ketimbang protein dan lemak. “Kalau kalori yang masuk tidak berlebihan, disertai aktivitas fisik yang memadai, berat badan akan berkurang juga, kok,” ujarnya.   


Video Terkini