Sukses

Mahasiswa UNY Berhasil Stop Pertumbuhan Bakteri Tipus

Mahasiswa Kimia Universitas Negeri Yogyakarta berhasil hambat pertumbuhan bakteri penyebab tius dan ISPA

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), berhasil mensintesis senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit tipus.

Bakteri itu adalah bakteri Salmonella tiphy dan bakteri penyebab penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) yaitu bakteri Staphilococcusaureus.  Mereka adalah Dwi Winarto dengan anggota Indar Subekti dan Tika Pangesti dengan dosen pembimbing Cornelia  Budimarwanti, M.Si.
 
Penelitian yang berjudul “Sintesis Senyawa 4-Hidroksi-3-Metoksikalkon Sebagai Agen Anti Bakteri dan Uji Aktivitasnya Terhadap S. Aureus, E. Coli, dan S. Tiphy Secara In Vitro” ini telah berhasil mendapatkan senyawa kalkon yang merupakan senyawa antibakteri yang keberadaannya sangat jarang ditemukan di alam.

Kalkon merupakan salah satu kelompok flavonoid yang hanya ditemukan pada beberapa golongan tumbuhan dalam jumlah yang sedikit. Senyawa ini, memiliki aktivitas biologis yang sangat bermanfaat, di antaranya sebagai antioksidan, anti inflamasi, dan antibakteri. Keberhasilan sintesis senyawa ini akan bermanfaat dan berguna bagi kehidupan.
 
Menurut Dwi Winarto seperti dikutip dari uny.ac.id, Rabu (4/9/2013), peneliti telah melakukan sintesis senyawa 4-hidroksi-3-metoksikalkon sebagai antibakteri melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt berbahan dasar vanilin dan asetofenon, juga melakukan karakterisasi dan menguji daya hambat terhadap S. aureus, E. coli, dan S. tiphy.
 
“Dari hasil uji daya hambat, diperoleh bahwa variasi konsentrasi senyawa 4-hidroksi-3-metoksikalkon dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan S. tiphy dengan konsentrasi maksimal adalah 800 ppm. Akan tetapi, senyawa tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Selain itu, juga karena senyawa yang dihasilkan belum murni. Kemungkinan masih ada NaOH yang tersisa yang mengakibatkan senyawa yang dihasilkan memiliki pH tinggi,” lanjutnya.
 
Besarnya pH, tambahnya, sangat memengaruhi aktivitas bakteri. Setiap bakteri memiliki pH maksimum yang berbeda. Besarnya pH maksimum untuk S. aureus sebesar 10 dan S. tiphy yaitu sebesar 9. Bakteri S. aureus lebih tahan pada suasana basa sehingga pada pH tinggi bakteri S. tiphy akan lebih mudah rusak.

(Abd)