Pernah mendengar obat-obatan golongan statin yang diberikan dokter ketika Anda memiliki kadar kolesterol tinggi? Seperti misalnya simvastatin, atorvastatin, dan lain sebagainya.
Menurut penelitian Harvard beberapa waktu lalu, golongan statin ini disebut bisa menyebabkan diabetes tipe 2. Karena banyak yang khawatir akan dampak statin tersebut, banyak pasien dengan kolesterol tinggi menghentikan obat statin.
Padahal menurut Kepala Divisi Metabolik Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Em Yunir, SpPD, K-EMD statin tetap harus dikonsumsi. Mengapa?
"Karena jika statin dihentikan, maka kolesterol akan naik lagi. Dan bila kolesterol naik, maka risiko jantung dan pembuluh darah meningkat,"ujar Em saat memberikan paparannya di acara Pfizer 'Kolesterol, Diabetes & Statin: Teman atau Lawan?' Di Pisa Kafe, Jakarta, Rabu (11/9/2013).
Em menyampaikan, pada 2012 juga ada penelitian yang menyebutkan bahwa dalam 10 tahun, sekelompok orang yang minum statin memiliki kadar diabetes yang tinggi. Tapi setelah dievaluasi kembali, orang yang tidak minum statin, angka kematiannya cenderung lebih tinggi.
Sementara menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA), dampak statin lebih bagus dalam mengontrol kolesterol. Namun FDA menyarankan bagi Anda yang suka memeriksa kolesterol untuk tidak lupa cek gula darah juga.
"FDA menilai dengan kolesterol yang terukur, maka proteksi jantung akan lebih baik. Ini berarti statin aman digunakan pasien yang kolesterolnya tinggi," jelasnya.
Em menambahkan, setidaknya obat kolesterol harus diminum terus hingga 6-9 bulan. Nanti jika belum ada perubahan, berarti dosisnya akan dinaikkan dan akan disarankan untuk diet dan melakukan aktivitas fisik. Sebaliknya, jika kolesterolnya sudah mencapai target yang diharapkan, maka dosisnya akan diturunkan.
"Minum obat kolesterol harus berkelanjutan. Tidak bisa seminggu atau dua minggu terus berhenti," tambahnya.
(Fit/Abd)
Menurut penelitian Harvard beberapa waktu lalu, golongan statin ini disebut bisa menyebabkan diabetes tipe 2. Karena banyak yang khawatir akan dampak statin tersebut, banyak pasien dengan kolesterol tinggi menghentikan obat statin.
Padahal menurut Kepala Divisi Metabolik Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Em Yunir, SpPD, K-EMD statin tetap harus dikonsumsi. Mengapa?
"Karena jika statin dihentikan, maka kolesterol akan naik lagi. Dan bila kolesterol naik, maka risiko jantung dan pembuluh darah meningkat,"ujar Em saat memberikan paparannya di acara Pfizer 'Kolesterol, Diabetes & Statin: Teman atau Lawan?' Di Pisa Kafe, Jakarta, Rabu (11/9/2013).
Em menyampaikan, pada 2012 juga ada penelitian yang menyebutkan bahwa dalam 10 tahun, sekelompok orang yang minum statin memiliki kadar diabetes yang tinggi. Tapi setelah dievaluasi kembali, orang yang tidak minum statin, angka kematiannya cenderung lebih tinggi.
Sementara menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA), dampak statin lebih bagus dalam mengontrol kolesterol. Namun FDA menyarankan bagi Anda yang suka memeriksa kolesterol untuk tidak lupa cek gula darah juga.
"FDA menilai dengan kolesterol yang terukur, maka proteksi jantung akan lebih baik. Ini berarti statin aman digunakan pasien yang kolesterolnya tinggi," jelasnya.
Em menambahkan, setidaknya obat kolesterol harus diminum terus hingga 6-9 bulan. Nanti jika belum ada perubahan, berarti dosisnya akan dinaikkan dan akan disarankan untuk diet dan melakukan aktivitas fisik. Sebaliknya, jika kolesterolnya sudah mencapai target yang diharapkan, maka dosisnya akan diturunkan.
"Minum obat kolesterol harus berkelanjutan. Tidak bisa seminggu atau dua minggu terus berhenti," tambahnya.
(Fit/Abd)