Orangtua kerap dianggap pihak yang bertanggung jawab jika anak-anaknya melakukan tindakan menyimpang. Termasuk tren pamer speedometer yang sedang ramai di kalangan remaja. Komnas Perlindungan Anak menilai tren ini merupakan dampak dari orangtua yang permisif (terlalu mengizinkan).
"Ini adalah korban orangtua yang permisif yang seolah-olah memberikan hadiah yang berlebihan. Ternyata, itu berdampak buruk. Ini cukup berbahaya," kata Ketua Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Menurut Aris, sebenarnya orangtua tahu dengan memberikan hadiah kendaraan bermotor meski belum umurnya bisa mengorbankannya. Pemberian hadiah seharusnya berdasarkan kebutuhan saja.
"Itu artinya, dalam kondisi seperti itu belum bisa diberikan kewenangan anak karena masih labil," ujarnya.
"Orangtua justru mencelakakan, ini bukan hal yang baik. Anak bagaimana bisa pamer kalau nggak punya mobil atau motor," kata pria berkacamata itu.
Aris pun mengimbau untuk orangtua kalangan menengah. "Orangtua harus bertanggung jawab ketika anak melakukan hal menyimpang yang tak diinginkan masyarakat," tegasnya.
Seperti diketahui anak-anak remaja kini, terutama lelaki, sedang dilanda tren menyetir mobil dalam kecepatan sangat tinggi, lalu jika jarum speedometer sudah di 140 km/hr, atau bahkan 200 km/hr, maka akan difoto.
Tren tersebut terkuat dalam path pribadi penyanyi kondang Titi DJ. "Baru denger cerita, sekarang lagi trend di kalangan anak-anak belasan tahun (biasanya cowok) nyetir mobil dalam kecepatan sangat tinggi, lalu bilamana jarum penunjuknya sudah di 140 km/hr – 160 km/hr -180 km/hr bahkan ada yang 200 km/hr, difoto lah speedometernya, lalufotonya diposting di social media, biasanya instagram. Tujuannya yaa untuk pamer ke teman-temannya," tulis Titi DJ.
(Mel/*)
"Ini adalah korban orangtua yang permisif yang seolah-olah memberikan hadiah yang berlebihan. Ternyata, itu berdampak buruk. Ini cukup berbahaya," kata Ketua Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Menurut Aris, sebenarnya orangtua tahu dengan memberikan hadiah kendaraan bermotor meski belum umurnya bisa mengorbankannya. Pemberian hadiah seharusnya berdasarkan kebutuhan saja.
"Itu artinya, dalam kondisi seperti itu belum bisa diberikan kewenangan anak karena masih labil," ujarnya.
"Orangtua justru mencelakakan, ini bukan hal yang baik. Anak bagaimana bisa pamer kalau nggak punya mobil atau motor," kata pria berkacamata itu.
Aris pun mengimbau untuk orangtua kalangan menengah. "Orangtua harus bertanggung jawab ketika anak melakukan hal menyimpang yang tak diinginkan masyarakat," tegasnya.
Seperti diketahui anak-anak remaja kini, terutama lelaki, sedang dilanda tren menyetir mobil dalam kecepatan sangat tinggi, lalu jika jarum speedometer sudah di 140 km/hr, atau bahkan 200 km/hr, maka akan difoto.
Tren tersebut terkuat dalam path pribadi penyanyi kondang Titi DJ. "Baru denger cerita, sekarang lagi trend di kalangan anak-anak belasan tahun (biasanya cowok) nyetir mobil dalam kecepatan sangat tinggi, lalu bilamana jarum penunjuknya sudah di 140 km/hr – 160 km/hr -180 km/hr bahkan ada yang 200 km/hr, difoto lah speedometernya, lalufotonya diposting di social media, biasanya instagram. Tujuannya yaa untuk pamer ke teman-temannya," tulis Titi DJ.
(Mel/*)