Marianne Keith (52) tak menyangka keputusannya mendatangi rumah sakit membuatnya tersiksa. Pemeriksaan dengan USG Transvaginal selama satu jam membuat Keith trauma. Bahkan ia sekarang tak ingin disentuh siapa pun, termasuk suaminya.
Keith berobat ke dokter karena sakit perut parah pada Februari lalu. Namun dokter menganjurkan USG Transvaginal, posedur yang sering digunakan untuk mendeteksi detak jantung janin di awal kehamilan. Tapi, diagnosa dengan USG tersebut menjadi bermasalah.
Menurut Keith, berjam-jam ia merasa seperti mengalami kekerasan fisik yang brutal. "Rasanya seperti saya sedang diperkosa," kata Keith seperti dikutip HuffingtonPost, Kamis (12/9/2013).
"Sepertinya seseorang menyakiti saya," katanya lagi.
Akibat pengalaman pahitnya itu, Keith menggugat Condell Medical Center, Libertyville, Illinois, tempat ia memeriksakan dirinya. Namun, pihak pengacara Condell Medical Center enggan mengomentari gugatan Keith.
Dalam gugatannya, Keith mengklaim kemacetan yang terjadi berkali-kali saat teknisi rumah sakit melakukan pemeriksaan di bagian dalam vaginanya, termasuk di leher rahim. "Setelah saya meninggalkan rumah sakit, saya tahu seberapa besar rasa sakit ketikaalat tersebut masuk," ujar Keith.
Keith menceritakan, akibat pemeriksan USG Transvaginal, ia mengalami luka di vagina dan leher rahim. Ia pun mengalami gejala gangguan stres pascatrauma. "Saya terjebak dengan mimpi buruk ini," ujarnya.
"Ada banyak hal yang membuat saya teringat terus kejadian ini. Menonton televisi dan setiap kali wanita terluka atau diperkosa atau sesuatu yang terjadi di televisi, saya memikirkan itu lagi. Suami saya dan saya sudah tak memiliki keintiman lagi karena saya tak ingin disentuh siapa pun. Ada masalah dalam diri saya dan saya tak bisa kedokter lagi," ujarnya.
Keith mengatakan, ia sebenarnya sudah berulang kali melakukan prosedur pemeriksaan dengan USG transvaginal di masa lalu, ketika ia menjalani pengobatan kesuburan. Tapi, dari pengalaman masa lalunya itu tak ada yang seperti kejadian pada Februari lalu.
"Bahkan jika itu dilakukan dengan cara yang seharusnya. Jadi itu sangat mengganggu," ujarnya.
(Mel/*)
Keith berobat ke dokter karena sakit perut parah pada Februari lalu. Namun dokter menganjurkan USG Transvaginal, posedur yang sering digunakan untuk mendeteksi detak jantung janin di awal kehamilan. Tapi, diagnosa dengan USG tersebut menjadi bermasalah.
Menurut Keith, berjam-jam ia merasa seperti mengalami kekerasan fisik yang brutal. "Rasanya seperti saya sedang diperkosa," kata Keith seperti dikutip HuffingtonPost, Kamis (12/9/2013).
"Sepertinya seseorang menyakiti saya," katanya lagi.
Akibat pengalaman pahitnya itu, Keith menggugat Condell Medical Center, Libertyville, Illinois, tempat ia memeriksakan dirinya. Namun, pihak pengacara Condell Medical Center enggan mengomentari gugatan Keith.
Dalam gugatannya, Keith mengklaim kemacetan yang terjadi berkali-kali saat teknisi rumah sakit melakukan pemeriksaan di bagian dalam vaginanya, termasuk di leher rahim. "Setelah saya meninggalkan rumah sakit, saya tahu seberapa besar rasa sakit ketikaalat tersebut masuk," ujar Keith.
Keith menceritakan, akibat pemeriksan USG Transvaginal, ia mengalami luka di vagina dan leher rahim. Ia pun mengalami gejala gangguan stres pascatrauma. "Saya terjebak dengan mimpi buruk ini," ujarnya.
"Ada banyak hal yang membuat saya teringat terus kejadian ini. Menonton televisi dan setiap kali wanita terluka atau diperkosa atau sesuatu yang terjadi di televisi, saya memikirkan itu lagi. Suami saya dan saya sudah tak memiliki keintiman lagi karena saya tak ingin disentuh siapa pun. Ada masalah dalam diri saya dan saya tak bisa kedokter lagi," ujarnya.
Keith mengatakan, ia sebenarnya sudah berulang kali melakukan prosedur pemeriksaan dengan USG transvaginal di masa lalu, ketika ia menjalani pengobatan kesuburan. Tapi, dari pengalaman masa lalunya itu tak ada yang seperti kejadian pada Februari lalu.
"Bahkan jika itu dilakukan dengan cara yang seharusnya. Jadi itu sangat mengganggu," ujarnya.
(Mel/*)