Sering menggemeretakan jemari? Eits.. hati-hati kebiasaan yang mungkin sepele ini bisa berbahaya, berisiko Arhtritis atau radang sendi.
Menggemeretakan jemari kerap dilakukan banyak orang guna menghilangkan pegal. Namun seperti dikutip Huffingtonpost, Senin (16/9/2013), kebiasaan ini menurut Terapis Spesialis Tangan dari Hospital for Special Surgery di New York, dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan yang mengarah arthritis atau radang sendi.
Saat menggemeretakan jemari membuat ruang sendi makin besar. Akibatnya, tekanan dalam ruang sendi makin menurun memaksa gas terlarut dalam cairan sinovial dan muncul gelembung (paling sering karbon dioksida), hanya dalam satu per ribuan detik.
Gas inilah yang menimbulkan bunyi letupan pertama seperti suara kaleng soda saat dibuka. Gelembung itu mengisi 15% ruang sendi yang sekarang menjadi lebih besar.
Karena ruang sendi mendadak diisi oleh gelembung, cairannya tiba-tiba mendorong ikatan sendi dan mendorongnya ke posisi semula. Pada saat ligamen 'didorong kembali' muncullah bunyi kedua.
Ketika dilakukan terus menerus maka membuat sendi tidak stabil dan hilangnya kekuatan pegangan serta terganggunya fungsi tangan serta mengarah risiko arhtristis di usia 35 hingga 40 tahun. (Mia/Igw)
Menggemeretakan jemari kerap dilakukan banyak orang guna menghilangkan pegal. Namun seperti dikutip Huffingtonpost, Senin (16/9/2013), kebiasaan ini menurut Terapis Spesialis Tangan dari Hospital for Special Surgery di New York, dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan yang mengarah arthritis atau radang sendi.
Saat menggemeretakan jemari membuat ruang sendi makin besar. Akibatnya, tekanan dalam ruang sendi makin menurun memaksa gas terlarut dalam cairan sinovial dan muncul gelembung (paling sering karbon dioksida), hanya dalam satu per ribuan detik.
Gas inilah yang menimbulkan bunyi letupan pertama seperti suara kaleng soda saat dibuka. Gelembung itu mengisi 15% ruang sendi yang sekarang menjadi lebih besar.
Karena ruang sendi mendadak diisi oleh gelembung, cairannya tiba-tiba mendorong ikatan sendi dan mendorongnya ke posisi semula. Pada saat ligamen 'didorong kembali' muncullah bunyi kedua.
Ketika dilakukan terus menerus maka membuat sendi tidak stabil dan hilangnya kekuatan pegangan serta terganggunya fungsi tangan serta mengarah risiko arhtristis di usia 35 hingga 40 tahun. (Mia/Igw)