Sukses

Campak, Rubella Ancam Nyawa Jutaan Balita

Sekitar delapan juta balita di kawasan Asia Tenggara belum aman dari penyakit campak dan rubella karena belum mendapatkan imunisasi

Sekitar delapan juta balita di kawasan Asia Tenggara, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), belum aman dari penyakit campak dan rubella karena belum mendapatkan imunisasi dan lebih dari 70.700 anak meninggal karena penyakit tersebut di 11 negara pada 2011.
    
"Diperkirakan ada delapan juta anak yang belum terlindungi dari ancaman penyakit campak di kawasan Asia Tenggara, padahal vaksin yang ada terbukti aman, efektif dan murah. Vaksin kombinasi campak-rubella dapat mengeliminasi kedua penyakit dengan biaya rendah," kata WHO Regional Director for South-East Asia Dr Samlee Plianbangchang dalam keterangan pers WHO di Jakarta, Jumat.
    
Wabah campak merupakan hambatan besar bagi pembangunan suatu bangsa terutama pembangunan kesehatan dan kawasan Asia Tenggara diperkirakan menyumbang 45 persen kematian akibat campak di dunia.
    
"Saya percaya dengan tekad politik dan fokus yang kuat bagi populasi penduduk yang sulit dijangkau, kita dapat melakukan eliminasi campak dan mengontrol rubella di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020," kata Plianbangchang.
   
Kesebelas negara Asia Tenggara telah berkomitmen untuk mencapai tujuan eliminasi campak di kawasan tersebut pada 2020 yang disampaikan dalam "Sixty-sixth Session of the WHO Regional Committee for South-East Asia" yang berlangsung di India, Jumat.
    
WHO memperkirakan akan dibutuhkan dana hingga 800 juta dolar AS untuk mencapai target eliminasi pada 2020 tersebut.
    
Untuk mencapai target eliminasi, pemerintah suatu negara diminta untuk mencapai dan mempertahankan capaian imunisasi sebesar 95 persen di setiap wilayahnya melalui imunisasi rutin atau tambahan.
    
Pemerintah juga diminta untuk mengembangkan surveilans yang sensitif dan "update" mengenai kasus campak dan rubella di negaranya.
    
Selain itu, juga perlu untuk mengembangkan laboratorium yang memadai bagi penelitian penyakit tersebut, begitu juga rencana strategis pemerintah, sumber daya manusia dan anggaran yang memadai.    
    
Plianbangchang menerangkan bahwa perkembangan signifikan telah dicapai untuk target ambisius tersebut yang antara lain dapat dilihat dari capaian negara-negara Asia Tenggara selama 2000-2011 yang berhasil mengurangi kasus campak sebesar 63 persen atau dari 69,9 per satu juta menjadi 25 per satu juta.
    
"Kita telah membuktikan bahwa eradikasi polio dimungkinkan bahkan dalam banyaknya tantangan. Pelajaran yang didapat dari capaian bersejarah itu dapat berperan penting dalam eliminasi campak," kata Plianbangchang.
    
Upaya yang dilakukan negara-negara Asia Tenggara itu juga telah menurunkan tingkat kematian akibat campak sebesar 48 persen diantara tahun 2000-2011 dan meskipun perkembangannya tidak akan mencapai target pengurangan kematian 95 persen pada 2015, namun diperkirakan target tersebut akan dapat dicapai pada 2020.

(Abd)