Sukses

Vulvodynia, Penyakit Nyeri Kronis di Vulva yang Bisa Ganggu Seks

Seorang wanita bisa mengalami vulvodynia sejak masa remaja karena sensitivitas dari serat saraf di sekitar vulva.

Kepuasan seksual kaum wanita bisa berkurang akibat vulvodynia. Nyeri kronis itu umumnya disebabkan kekerasan seksual di masa lalu.
2 dari 2 halaman


Deskripsi

Seorang wanita bisa mengalami vulvodynia sejak masa remaja karena sensitivitas dari serat saraf di sekitar vulva. Rasa sakit juga bisa terjadi karena alasan, tanpa sentuhan, atau sedikit sentuhan.

Kondisi tersebut mengakibatkan sakit kronis yang mengurangi kemampuan wanita untuk mengalami kehidupan seks yang memuaskan.

"Ini biasanya terjadi pada wanita yang kurang pengalaman, atau yang memiliki peradangan kronis, jaringan parut dan operasi di luar vagina. Ini juga terjadi pada pasien yang mengalami pelecehan psikologis di masa lalu," kata  obstetrician/gynaecologist Dr Tenaj Lewis seperti dikutip jamaicaobserver, Selasa (17/9/2013).

Penyebab dan Gejala

Penyebab yang tepat dari vulvodynia belum diketahui. Namun, para peneliti percaya itu akibat faktor termasuk kejang otot, perubahan hormon, cedera saraf atau iritasi, sering menggunakan antibiotik, pernah mengalami pelecehan seksual, atau genetika.

Bahkan, aktivitas sederhana seperti duduk untuk waktu yang lama atau memakai celana dalam bisa memperburuk rasa sakit. Begitu pula saat memakai tampon, berhubungan seksual, mengenakan celana ketat, saat pemeriksaan rutin ke dokter kandungan.

"Pasien yang memiliki banyak infeksi ragi juga mengeluh tentang vulvodynia," kata Dr Lewis.

Tingkat keparahan rasa sakit juga bervariasi dan memengaruhi vulva, termasuk labia, klitoris, dan pembukaan vagina. Rasa sakit mungkin konstan atau terjadi sekali dan bisa disertai gejala lain seperti rasa terbakar, gatal, sakit, nyeri, dan berdenyut.

Vulvodynia seharusnya tak membingungkan dengan vaginismus yakni kondisi yang menyebabkan vagina sulit `ditembus` saat melakukan hubungan seksual. Kondisi tersebut juga disertai rasa sakit namun berhenti setelah upaya seksual selesai.

"Vaginismus lebih ke psikologis. Anda menempatkan vaginismus sebagai salah satu penyebab untuk menyingkirkan vulvodynia, karena dengan vulvodynia biasanya ada beberapa peradangan dan biasanya terjadi di pintuk masuk dan keluar vagina," ujar Lewis.

Pengobatan

Untuk pengobatan, vulvodynia belum ada obatnya. Pengobatan biasanya hanya untuk mengurangi rasa sakit.  "Terkadang Anda harus mengoperasi lagi pasien dan memperbaikinya, tapi itu lebih kepada perawatan dibanding pengobatan," jelas dokter kandungan itu.

Dokter juga kerap menawarkan pengobatan dengan antidepresan untuk melawan vulvodynia karena bisa mengubah cara serabut saraf mengirimkan sensasi rasa sakit.

Kaum perempuan juga bisa mencoba minimalkan ras asakit dan ketidaknyamanan saat berhubungan seks dengan pembersih alami, menggunakan es dingin atau gel ke luar vagina, duduk di atas bantal sebagai upaya mencegah permukaan keras, dan memakai pakaian katun 100 persen.

Menurut Dr Lewis, cara ini lebih kepada mengurangi rasa sakit yang dialami penderita.

(Mel/*)