Sukses

Kenangan Kakak pada Habib Munzir, si Adik yang Tahan Sakit

Habib Nabil Fuad Al Musawa berkali-kali menyebut adiknya Habib Munzir Fuad Al Musawa orang yang sangat sabar dan tak pernah mengeluh.

Habib Nabil Fuad Al Musawa berkali-kali menyebut adiknya Habib Munzir Fuad Al Musawa orang yang sangat sabar. Sang kakak ingat betul bagaimana adik keempatnya itu sudah diberi cobaan sakit sejak kecil tapi tak pernah mengeluh.

"Adik saya itu sejak kecil punya asma kronis. Seminggu bisa terserang tiga hingga empat kali dan itu parah," kata Habib Nabil yang juga anggota DPR Fraksi PKS saat dihubungi Liputan6.com dan ditulis Rabu (18/9/2013).

Ketika asma Habib Munzir kambuh, kakaknya itu sering melihat adiknya tak bisa berbicara, mukanya pucat, berkeringat, dan tak bisa makan. Namun, sang adik begitu sabar serta tak pernah mengeluh. "Beliau memang sejak dari kecil diberikan cobaan. Dengan kondisi seperti itu tentu berat," ujar Habib Nabil.

Saat remaja, lanjut Habib Nabil, adiknya memilih masuk asrama bukan ke sekolah umum SMA. Pada suatu saat, adiknya mengalami sakit di asrama. Namun, ia tak pernah memberitahu ke keluarga. Bahkan jika masuk rumah sakit tak pernah memberitahu.

"Saat dia sakit nggak mau memberitahu kami. Pernah dia tiba-tiba pulang diantar orang pesantren dengan koreng di badannya. Dia katanya nggak mau merepotkan keluarga," kenang Habib Nabil.

Menurut kakak sulungnya itu, Habib Munzir tipe orang yang tak mau mengeluh dan tak mau merepotkan keluarga. Rasa sakit yang dialaminya hanya dipendam sendiri. "Saking menjaganya, dia tak ingin keluarganya sedih," ujarnya.

Penyakit Habib Munzir bertambah ketika ia mulai menjalani kesibukan. Ia sering mengalami sakit kepala yang parah hingga pingsan. Bahkan, jika kepalanya itu sakit, Habib Munzir kerap terlihat seperti orang marah. Padahal, sehari-hari Habib Munzir orang yang sabar dan halus.

"Beliau terlihat seperti marah agak kasar ketika kumat. Beliau tak tahan dan tak bisa mengontrol jika kepalanya sakit," kata Habib Nabil menjelaskan.

Namun, lagi-lagi Habib Munzir selalu memendam rasa sakitnya dan memilih tak mengeluh. "Yang beliau pikirkan adalah bagaimana menghidupkan majelis yang sudah sebesar itu. Beliau berusaha keras bahkan kegiatannya melebihi kemampuannya"

"Beliau mengorbankan untuk dakwah dan cita-citanya tinggi, begitu pula dengan kesabarannya," ujarnya.

Kini itu semua tinggal kenangan. Habib Munzir mengembuskan napas terakhir pada usia 40 tahun. Pria kelahiran 23 Februari 1973 itu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta sekitar pukul 14.20 WIB setelah terjatuh dari kamar mandi. Namun ketika dibawa ke rumah sakit nyawanya sudah tidak tertolong.

(Mel/*)