Tujuh bulan ke depan, masa jabatan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan segera berakhir. April 2014, masyarakat Indonesia akan kembali memilih calon pemimpin yang akan menggantikan posisi SBY.
Banyak yang mempertanyakan, apakah SBY dapat memegang integritasnya sebagai pemimpin, dengan masa jabatan yang akan segera berakhir ini. Dan, apakah SBY akan tetap fokus mengeksekusi kepentingan rakyat berdasarkan skala prioritas penting dan mendesak saat ini.
Bila semua pertanyaan itu dilihat menggunakan ilmu grafologi (ilmu yang mempelajari karakter manusia melalui medium tulisan tangan), Deborah Dewi selaku pakar di bidang grafologi ini mengatakan, bisa.
"Dengan pemahaman, bahwa integritas merupakan sikap konsisten untuk tetap melakukan hal yang sama, baik diketaui atau tidak diketahui oleh orang lain," kata Deborah Dewi, saat berbincang dengan tim Health Liputan6.com, ditulis Kamis (19/9/2013)
Deborah Dewi menambahkan, audit integritas tersebut, perlu dikembalikan lagi kepada visi dan misi dari SBY sendiri, ketika ingin memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Apa visi dan misi pribadi SBY yang sebenarnya, ketika memutuskan ingin menjadi pemimpin di Indonesia, itulah yang harus ditanyakan lagi kepada SBY.
"Sekalipun di dalam sebuah pemerintahan bisa terdapat banyak faktor yang berpengaruh dalam proses penetuan kebijakan, bapak SBY merupakan tipe orang yang memiliki tingkat empati sangat tinggi," katanya.
"Walk on other people's shoes is his character's speciality. Beliau akan sepenuh hati, memperjuangkan kepentingan rakyat sampai titik darah penghabisan, dan sudah tentu dengan caranya sendiri," tambah dia.
Tidak hanya itu, dilihat dari tulisan tangannya, SBY dinilai Deborah Dewi sebagai sosok pemimpin berempatik. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi, bahwa keputusannya adalah solusi terbaik untuk semua orang.
"Memang ada peluang, bahwa sikap empatik bapak SBY dipahami sebagai sesuatu yang berbeda oleh orang lain, yang tidak sependapat dengan solusi beliau," terangnya.
Percaya atau tidak , bagi Debo, tulisan tangan adalah sebuah `alat ukur` ilmiah, untuk mengetahui apa yang terjadi antara otak dan pikiran manusia, untuk mendeskripsikan kepribadian setiap individu.
Karena secara sadar, pikiran manusia menentukan apa yang akan ditulis, dan alam bawah sadar akan mengontrol bagaimana cara orang tersebut menulis.
(Adt/Abd)
Banyak yang mempertanyakan, apakah SBY dapat memegang integritasnya sebagai pemimpin, dengan masa jabatan yang akan segera berakhir ini. Dan, apakah SBY akan tetap fokus mengeksekusi kepentingan rakyat berdasarkan skala prioritas penting dan mendesak saat ini.
Bila semua pertanyaan itu dilihat menggunakan ilmu grafologi (ilmu yang mempelajari karakter manusia melalui medium tulisan tangan), Deborah Dewi selaku pakar di bidang grafologi ini mengatakan, bisa.
"Dengan pemahaman, bahwa integritas merupakan sikap konsisten untuk tetap melakukan hal yang sama, baik diketaui atau tidak diketahui oleh orang lain," kata Deborah Dewi, saat berbincang dengan tim Health Liputan6.com, ditulis Kamis (19/9/2013)
Deborah Dewi menambahkan, audit integritas tersebut, perlu dikembalikan lagi kepada visi dan misi dari SBY sendiri, ketika ingin memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Apa visi dan misi pribadi SBY yang sebenarnya, ketika memutuskan ingin menjadi pemimpin di Indonesia, itulah yang harus ditanyakan lagi kepada SBY.
"Sekalipun di dalam sebuah pemerintahan bisa terdapat banyak faktor yang berpengaruh dalam proses penetuan kebijakan, bapak SBY merupakan tipe orang yang memiliki tingkat empati sangat tinggi," katanya.
"Walk on other people's shoes is his character's speciality. Beliau akan sepenuh hati, memperjuangkan kepentingan rakyat sampai titik darah penghabisan, dan sudah tentu dengan caranya sendiri," tambah dia.
Tidak hanya itu, dilihat dari tulisan tangannya, SBY dinilai Deborah Dewi sebagai sosok pemimpin berempatik. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi, bahwa keputusannya adalah solusi terbaik untuk semua orang.
"Memang ada peluang, bahwa sikap empatik bapak SBY dipahami sebagai sesuatu yang berbeda oleh orang lain, yang tidak sependapat dengan solusi beliau," terangnya.
Percaya atau tidak , bagi Debo, tulisan tangan adalah sebuah `alat ukur` ilmiah, untuk mengetahui apa yang terjadi antara otak dan pikiran manusia, untuk mendeskripsikan kepribadian setiap individu.
Karena secara sadar, pikiran manusia menentukan apa yang akan ditulis, dan alam bawah sadar akan mengontrol bagaimana cara orang tersebut menulis.
(Adt/Abd)