Sukses

Apa Sebenarnya `Happy Five` Itu?

Pecandu psikotropika masih dapat disembuhkan dengan mengubah pola pikir yang tidak rasional dan adanya niat dalam diri.

Psikotropika jenis Happy Five di Jepang digunakan sebagai pengobatan di bawah pengawasan dokter. sayang, menurut Mantan Direktur Pengawasan NAPZA BPOM, dr. Danardi Sosrosumihardjo SpKJ (K) psikotropika jenis happy five ini justru disalahgunakan oleh beberapa orang.

"Di Jepang Happy Five digunakan untuk pasien mengobati kecemasan namun itu sesuai dengan resep dokter, tapi di Indonesia banyak yang menyalahgunakan (pecandu)," ujar dr. Danardi, Kamis (19/8/2013).

Menurut dr. Danardi pola pikir pecandu tidak rasional sehingga menyebabkan dirinya kecanduan mengonsumsi Happy Five.

"Pecandu itu pola pikirnya tidak rasional, mereka mengonsumsi 2,3 bahkan 10 sampai 20 happy five dipikirnya dapat mengurangi kecemasan namun tidak justru bisa sempoyongan," ujarnya.

Kecanduan atau ketagihan adalah saat tubuh atau pikiran kita dengan parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik. Seseorang disebut pecandu bila kita memiliki ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis terhadap zat psikoaktif, contohnya alkohol, tembakau, heroin, kafein, nikotin.

Zat psikoaktif ini akan melintasi sawar darah otak setelah dicerna, sehingga mengubah kondisi kimia di otak secara sementara.

Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif.

"Bila pasien dapat berhenti konsumsi Happy Five setelah masalah yang dihadapi selesai tapi pecandu tidak karena pola pikir yang tidak rasional tadi," tuturnya.

Namun menurutnya pecandu masih dapat disembuhkan bila ada niat dari dirinya. "Bila niat pecandu bisa disembuhkan ubah pola pikir, kalau menggigil atau gimana itu bisa disembuhkan paling lama empat hari ini," ungkap dr. Danardi.

(Mia/Abd)