Diamnya masyarakat Indonesia melihat para pejabat negara tega melakukan tindak pidana korupsi suatu saat bisa menjadi hal yang tak terbayangkan. Pada suatu titik, masyarakat Indonesia bisa beraksi bak bom waktu yang meledak.
Tindak pidana korupsi memang dianggap meresahkan. Namun, masyarakat kini banyak yang memilih hanya menyimak perilaku pejabat negara itu dari pemberitaan. Jika tindak pidana tersebut terus berlangsung, bukan tak mungkin akan terjadi huru hara di Indonesia ini.
Demikian disampaikan Psikiater Prof Dr H Dadang Hawari, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (3/10/2013).
"Nanti pada saatnya apatis dengan diam berubah meledak. Diam-diam itu jangan dianggap remeh,
"Nanti akan meledak bak bom waktu. Saya khawatir pada tahap tertentu apatisme meledak, ada huru hara karena orang merasa tidak puas," kata Profesor Dadang.
Menurutnya, selama ini korupsi di Indonesia seakan-akan sudah biasa dilakukan. Orang juga tak takut lagi melakukan tindakan tak terpuji itu. Bahkan pelakunya pun merata, mulai dari orang kecil hingga pejabat.
"Tentu ini bukan contoh yang baik".
Bentuk perlawanan dari masyarakat, lanjut Profesor Dadang, sudah terlihat. Contohnya saja terjadinya huru-hara di daerah akibat kasus pilkada, rutan dibakar, atau maraknya produksi narkoba di Lapas.
"Sementara orang yang bertanggung jawab tidak mundur. Kenapa tidak ada tindakan nyata. Pada saatnya, apatisme diam meledak. Siapa yang menciptakan bom waktu, itu yang harus bertanggung jawab," ujarnya.
(Mel/*)
Tindak pidana korupsi memang dianggap meresahkan. Namun, masyarakat kini banyak yang memilih hanya menyimak perilaku pejabat negara itu dari pemberitaan. Jika tindak pidana tersebut terus berlangsung, bukan tak mungkin akan terjadi huru hara di Indonesia ini.
Demikian disampaikan Psikiater Prof Dr H Dadang Hawari, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (3/10/2013).
"Nanti pada saatnya apatis dengan diam berubah meledak. Diam-diam itu jangan dianggap remeh,
"Nanti akan meledak bak bom waktu. Saya khawatir pada tahap tertentu apatisme meledak, ada huru hara karena orang merasa tidak puas," kata Profesor Dadang.
Menurutnya, selama ini korupsi di Indonesia seakan-akan sudah biasa dilakukan. Orang juga tak takut lagi melakukan tindakan tak terpuji itu. Bahkan pelakunya pun merata, mulai dari orang kecil hingga pejabat.
"Tentu ini bukan contoh yang baik".
Bentuk perlawanan dari masyarakat, lanjut Profesor Dadang, sudah terlihat. Contohnya saja terjadinya huru-hara di daerah akibat kasus pilkada, rutan dibakar, atau maraknya produksi narkoba di Lapas.
"Sementara orang yang bertanggung jawab tidak mundur. Kenapa tidak ada tindakan nyata. Pada saatnya, apatisme diam meledak. Siapa yang menciptakan bom waktu, itu yang harus bertanggung jawab," ujarnya.
(Mel/*)