Sukses

Awas, Pensiun Picu Serangan Stroke! Kok Bisa?

Dekatnya masa pensiun bisa menimbulkan risiko terserang stroke dua kali lebih besar dibanding yang tidak di antara orang-orang sebaya.

Mengalami putus hubungan kerja memang menyakitkan. Butuh energi ekstra untuk memotivasi diri. Demikian pula yang terjadi pada orang yang sedang mendekati masa pensiunnya. Seringkali keadaan ini memengaruhi kondisi fisik dan kesehatan. Demikian penelitian baru mengungkap.

Bahkan, dekatnya masa pensiun bisa menimbulkan risiko terserang stroke dua kali lebih besar dibanding yang tidak di antara orang-orang sebaya. "Penelitian kami menunjukkan hal tersebut. Kami menemukan keterkaitan erat antara hilangnya kerja entah karena phk atau pensiun terhadap kesehatan seseorang," ungkap Dr. William T. Gallo dari Yale University School of Medicine di New Haven, Connecticut seperti dikutip dari nytimes, Selasa (8/10/2013).

Gallo melanjutkan "Masyarakat, khususnya para pekerja lansia, para dokter, dan pekerja kesehatan lain mesti menyadari bahwa hilangnya pekerjaan akibat pensiun mesti diwaspadai karena akan memunculkan persoalan kesehatan baru."

Ini bukan kali pertama bagi Gallo dan rekan sejawatnya menemukan bahwa hilangnya pekerjaan memberi efek negatif bagi kesehatan. Sebelumnya, para peneliti itu pernah melaporkan adanya kaitan antara kehilangan pekerjaan dan menurunnya fungsi-fungsi fisik yang mirip dengan gejala depresi. Gallo mencatat bahwa ada banyak bukti yang menunjukkan kaitan erat antara hilangnya pekerjaan dengan munculnya depresi.

Sementara itu, dalam penelitian terbaru, Gallo dan rekannya membandingkan 457 pekerja yang kehilangan pekerjaan dengan 3763 orang yang masih bekerja. Rata-rata usia mereka 55 tahun. Selama enam tahun penelitian, mereka yang kehilangan pekerjaan diketahui tidak mengalami tanda-tanda kena serangan jantung. Namun, anehnya stroke dialami oleh mereka.

Gallo mencoba berspekulasi bahwa hilangnya pekerjaan inilah yang kemudian menyebabkan seseorang stress, gelisah, cemas, depresi. Keadaan-keadaan inilah yang mengarahkan seseorang menderita stroke di kemudian hari. Karena pada akhirnya, pola hidup menjadi kacau dan tidak beraturan, termasuk dalam hal makan.

(Abd)