Selama ini kebanyakan termometer medis menggunakan merkuri (air raksa). Namun, kedepannya penggunaan merkuri dalam termometer dihapus secara bertahap hingga 2020.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencoba meniadakan penggunakaan merkuri setelah beberapa negara menandatangani perjanjian PBB untuk mengontrol cairan logam beracun.
"Merkuri adalah salah satu dari 10 bahan kimia teratas yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat dan merupakan zat yang menyebar ke dalam dan menetap dalam ekosistem untuk beberapa generasi, menyebabkan sakit parah dan gangguan intelektual pada populasi yang terpapar," kata Kepala WHO Margaret Chan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channelnewsasia, Minggu (13/10/2013).
WHO bekerja sama dengan Health Care Without Harm yang bertujuan menghilangkan merkuri dalam termometer demam, serta perangkat tekanan darah, pada 2020. Ini artinya tujuan akan tercapai jika pembuatan, impor, dan ekspor perangkat tersebut dihentikan atau menggunakan alternatif yang non-merkuri.
Pada Kamis 10 Oktober 2013, delegasi dari 140 negara berkumpul di Kota Minamata, Jepang, dan menandatangani perjanjian PBB tentang merkuri. Minamata merupakan tempat skandal paparan merkuri pada 1950.
Puluhan ribu orang teracuni dan sekitar 2.000 orang meninggal dunia karena makan ikan dan kerang yang diambil dari perairan yang tercemar dari pabrik lokal yang mengeluarkan cairan tersebut.
Konvensi Merkuri Minamata itu merupakan perjanjian pertama yang mengikat secara hukum di dunia soal logam yang sangat beracun. Ini akan berlaku setelah diratifikasi oleh 50 negara dan PBB mengharapkan akan memakan waktu 3-4 tahun.
Perjanjian itu menetapkan daftar panjang produk yang dihapus secara bertahap hingga 2020, termasuk termometer merkuri. Selain itu memberikan waktu 15 tahun kepada pemerintah untuk mengakhiri semua pertambangan merkuri.
Tapi, dalam perjanjian itu sejumlah negara masih bisa melanjutkan menggunakan merkuri dalam alat ukur medis sampai 2030 dalam keadaan khusus.
Ganggu Kesehatan
WHO mengatakan, konsekuensi negatif dari penggunakan merkuri membuat semua negara harus berpegang pada target 2020.
Merkuri dan berbagai senyawa kimia menjadi perhatian bagi kesehatan masyarakat global. Penggunakan merkuri bisa berdampak serius pada kesehatan otak dan kerusakan saraf, terutama di kalangan kaum muda. Risiko lainnya termasuk kerusakan pada ginjal dan sistem pencernaan.
WHO mengatakan, kampanye itu juga akan menangani antiseptik merkuri dan kosmetik pemutih kulit dan berusaha menghapuskan penggunaannya dalam kedokteran gigi, dan membantu mengatasi dampak kesehatan penggunaannya di pertambangan emas skala kecil.
(Mel)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencoba meniadakan penggunakaan merkuri setelah beberapa negara menandatangani perjanjian PBB untuk mengontrol cairan logam beracun.
"Merkuri adalah salah satu dari 10 bahan kimia teratas yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat dan merupakan zat yang menyebar ke dalam dan menetap dalam ekosistem untuk beberapa generasi, menyebabkan sakit parah dan gangguan intelektual pada populasi yang terpapar," kata Kepala WHO Margaret Chan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channelnewsasia, Minggu (13/10/2013).
WHO bekerja sama dengan Health Care Without Harm yang bertujuan menghilangkan merkuri dalam termometer demam, serta perangkat tekanan darah, pada 2020. Ini artinya tujuan akan tercapai jika pembuatan, impor, dan ekspor perangkat tersebut dihentikan atau menggunakan alternatif yang non-merkuri.
Pada Kamis 10 Oktober 2013, delegasi dari 140 negara berkumpul di Kota Minamata, Jepang, dan menandatangani perjanjian PBB tentang merkuri. Minamata merupakan tempat skandal paparan merkuri pada 1950.
Puluhan ribu orang teracuni dan sekitar 2.000 orang meninggal dunia karena makan ikan dan kerang yang diambil dari perairan yang tercemar dari pabrik lokal yang mengeluarkan cairan tersebut.
Konvensi Merkuri Minamata itu merupakan perjanjian pertama yang mengikat secara hukum di dunia soal logam yang sangat beracun. Ini akan berlaku setelah diratifikasi oleh 50 negara dan PBB mengharapkan akan memakan waktu 3-4 tahun.
Perjanjian itu menetapkan daftar panjang produk yang dihapus secara bertahap hingga 2020, termasuk termometer merkuri. Selain itu memberikan waktu 15 tahun kepada pemerintah untuk mengakhiri semua pertambangan merkuri.
Tapi, dalam perjanjian itu sejumlah negara masih bisa melanjutkan menggunakan merkuri dalam alat ukur medis sampai 2030 dalam keadaan khusus.
Ganggu Kesehatan
WHO mengatakan, konsekuensi negatif dari penggunakan merkuri membuat semua negara harus berpegang pada target 2020.
Merkuri dan berbagai senyawa kimia menjadi perhatian bagi kesehatan masyarakat global. Penggunakan merkuri bisa berdampak serius pada kesehatan otak dan kerusakan saraf, terutama di kalangan kaum muda. Risiko lainnya termasuk kerusakan pada ginjal dan sistem pencernaan.
WHO mengatakan, kampanye itu juga akan menangani antiseptik merkuri dan kosmetik pemutih kulit dan berusaha menghapuskan penggunaannya dalam kedokteran gigi, dan membantu mengatasi dampak kesehatan penggunaannya di pertambangan emas skala kecil.
(Mel)