Wanita penderita gangguan pola makan ternyata kemungkinannya untuk memiliki anak lebih kecil, dibandingkan wanita yang tidak memiliki masalah pola makan sama sekali. Selain itu, gangguan pola makanan menyebabkan para wanita mengalami masalah kesehatan pada reproduksinya.
Kemungkinan terjadinya aborsi dua kali lipat akan dialami oleh para wanita yang menderita bulimia, dibandingkan wanita lainnya dalam kelompok usia yang sama, kata penelitian dari Finlandia.
Sementara itu, bagi wanita penderita gangguan makan berlebih (binge eating disorder) kemungkinan untuk mengalami keguguran akan tiga kali lipat lebih mungkin terjadi.
Milla Lina dari University of Helsinki, Hjelt Institute, mengatakan pengenalan dini serta perawatan yang efektif, dan tindak lanjut yang cukup panjang untuk para penderita gangguan makan adalah hal penting yang harus dilakukan, untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi ini.
Dilakukan bersama University of Helsinki dan Institut Nasional untuk Kesehatan dan Kesejahteraan, pihaknya melakukan penelitian kesehatan reproduksi pasien yang dirawat di klinik gangguan makan di Rumah Sakit Pusat Universitas Helsinki pada 1995-2010, dan kelompok kontrol.
Lebih dari 11.000 wanita berpartisipasi dalam penelitian ini, di mana 2.257 merupakan pasien dari klinik gangguan makan, dan 9.028 adalah anggota kelompok kontrol.
Dikatakan Linna, seperti dikutip Zee News, Senin (14/10/2013), bahwa penelitian ini tidak memberikan penjelasan untuk kesehatan reproduksi yang diamati pada wanita dengan gangguan makan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ada kemungkinan bahwa masalah dapat dihubungkan dengan gangguan makan.
(Adt/Igw)
Kemungkinan terjadinya aborsi dua kali lipat akan dialami oleh para wanita yang menderita bulimia, dibandingkan wanita lainnya dalam kelompok usia yang sama, kata penelitian dari Finlandia.
Sementara itu, bagi wanita penderita gangguan makan berlebih (binge eating disorder) kemungkinan untuk mengalami keguguran akan tiga kali lipat lebih mungkin terjadi.
Milla Lina dari University of Helsinki, Hjelt Institute, mengatakan pengenalan dini serta perawatan yang efektif, dan tindak lanjut yang cukup panjang untuk para penderita gangguan makan adalah hal penting yang harus dilakukan, untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi ini.
Dilakukan bersama University of Helsinki dan Institut Nasional untuk Kesehatan dan Kesejahteraan, pihaknya melakukan penelitian kesehatan reproduksi pasien yang dirawat di klinik gangguan makan di Rumah Sakit Pusat Universitas Helsinki pada 1995-2010, dan kelompok kontrol.
Lebih dari 11.000 wanita berpartisipasi dalam penelitian ini, di mana 2.257 merupakan pasien dari klinik gangguan makan, dan 9.028 adalah anggota kelompok kontrol.
Dikatakan Linna, seperti dikutip Zee News, Senin (14/10/2013), bahwa penelitian ini tidak memberikan penjelasan untuk kesehatan reproduksi yang diamati pada wanita dengan gangguan makan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ada kemungkinan bahwa masalah dapat dihubungkan dengan gangguan makan.
(Adt/Igw)