Celana thong memang bisa membuat wanita tampil seksi. Tapi waspada karena bisa berbahaya bagi kesehatan.
Celana jenis ini biasanya hanya ada penghubung berupa sepotong tali atau kain yang menghubungkan antara bagian belakang celana dalam dengan bagian depan. Alhasil, menggunakan celana ini tak akan memperlihatkan garis celana dari luar.
Lantas apakah bahaya itu karena celana terlalu minim atau penyebab lain? Dokter meyatakan bahwa tali dari thong yang berbahaya bagi kesehatan.
Profesor Obstetri Ginekolog Dr. Jill M. Rabin menjelaskan, banyak thong yang terbuat dari bahan yang nonbreathable, tak seperti katun. "Jika seseorang sehat, tak akan berbahaya," kata Dr Rabin yang juga dari Women's Health at Albert Einstein College of Medicine seperti dikutip HuffingtonPost, Kamis (17/10/2013).
"Masalahnya adalah jika Anda memiliki kecenderungan untuk mengalami infeksi, baik kemih atau vagina, mungkin lebih sulit untuk menyingkirkannya jika Anda memakai thong," katanya menambahkan.
Namun, ada beberapa bahan tali yang bisa berisiko untuk kesehatan. Banyak thong dari bahan renda yang tak bisa bernapas yang bisa membuat vagina tak memiliki kesempatan untuk bernapas. Bahan tersebut membuat udara tak boleh melewati celana dalam.
Selain itu, tali tipis di selangkangan juga cenderung bergerak yang memungkinkan memindahkan bakteri dari satu tempat ke tempat lain. Ketika bahan thong kontak dengan kulit antara vagina dan anus, thong cenderung menggosok dan menyebabkan luka di kulit halus sekitar vulva dan klitoris, dan menciptakan akses ke mikraoba.
"Jika Anda memiliki bakteri E-coli yang paling umum di dalam usus besar, di bagian belakang kain dan Anda aktif secara fisik, bahannya bisa bergerak. Itu bisa memindahkan satu atau dua inci ke samping vagina atau uretra. Thong bisa menyetorkan bakteri kolon ke dalam vagina atau uretra.
Karena itu, sebelum Anda memilih celana pastikan yang berbahan katun. Menggunakan bahan yang bisa bernapas tak membuat bakteri memiliki kesempatan untuk tumbuh.
"Kita semua harus selalu mengenakan semua pakaian katun," kata Obgyn dari Stamford Hospital, Conn, Dr Shieva Ghofrany.
Menurut Ghofrany, bahan katun tak hanya untuk bagian selangkangan saja, tapi seluruh materi celana dalam. "Ketika pasien saya mengatakan `Tapi bagian di selangkangannya katun`, respons saya adalah lapisan luar tidak. Itu yang membuat katun kurang bernapas sehingga memungkinkan kelembaban terjebak dan tak seimbang yang mengarah kepada infeksi," ujarnya.
Thong mungkin terlihat seksi, tapi ketika dipakai untuk jangka panjang bisa berisiko buat kesehatan seperti wasir. Dr Ghofrany meyakinkan kita bahwa tali tak akan menyebabkan wasir, tetapi bisa memperburuk. "Jika thong naik ke atas, dapat mengiritasi rektum dan selanjutnya mengobarkan wasir, " katanya.
Celana thong awalnya dikembangkan pada 1939 oleh mantan Walikota New York Guardia Fiorello sebagai cara bagi penari telanjang untuk menutupi sedikit dengan pakaian dalam bertali.
(Mel/*)
Celana jenis ini biasanya hanya ada penghubung berupa sepotong tali atau kain yang menghubungkan antara bagian belakang celana dalam dengan bagian depan. Alhasil, menggunakan celana ini tak akan memperlihatkan garis celana dari luar.
Lantas apakah bahaya itu karena celana terlalu minim atau penyebab lain? Dokter meyatakan bahwa tali dari thong yang berbahaya bagi kesehatan.
Profesor Obstetri Ginekolog Dr. Jill M. Rabin menjelaskan, banyak thong yang terbuat dari bahan yang nonbreathable, tak seperti katun. "Jika seseorang sehat, tak akan berbahaya," kata Dr Rabin yang juga dari Women's Health at Albert Einstein College of Medicine seperti dikutip HuffingtonPost, Kamis (17/10/2013).
"Masalahnya adalah jika Anda memiliki kecenderungan untuk mengalami infeksi, baik kemih atau vagina, mungkin lebih sulit untuk menyingkirkannya jika Anda memakai thong," katanya menambahkan.
Namun, ada beberapa bahan tali yang bisa berisiko untuk kesehatan. Banyak thong dari bahan renda yang tak bisa bernapas yang bisa membuat vagina tak memiliki kesempatan untuk bernapas. Bahan tersebut membuat udara tak boleh melewati celana dalam.
Selain itu, tali tipis di selangkangan juga cenderung bergerak yang memungkinkan memindahkan bakteri dari satu tempat ke tempat lain. Ketika bahan thong kontak dengan kulit antara vagina dan anus, thong cenderung menggosok dan menyebabkan luka di kulit halus sekitar vulva dan klitoris, dan menciptakan akses ke mikraoba.
"Jika Anda memiliki bakteri E-coli yang paling umum di dalam usus besar, di bagian belakang kain dan Anda aktif secara fisik, bahannya bisa bergerak. Itu bisa memindahkan satu atau dua inci ke samping vagina atau uretra. Thong bisa menyetorkan bakteri kolon ke dalam vagina atau uretra.
Karena itu, sebelum Anda memilih celana pastikan yang berbahan katun. Menggunakan bahan yang bisa bernapas tak membuat bakteri memiliki kesempatan untuk tumbuh.
"Kita semua harus selalu mengenakan semua pakaian katun," kata Obgyn dari Stamford Hospital, Conn, Dr Shieva Ghofrany.
Menurut Ghofrany, bahan katun tak hanya untuk bagian selangkangan saja, tapi seluruh materi celana dalam. "Ketika pasien saya mengatakan `Tapi bagian di selangkangannya katun`, respons saya adalah lapisan luar tidak. Itu yang membuat katun kurang bernapas sehingga memungkinkan kelembaban terjebak dan tak seimbang yang mengarah kepada infeksi," ujarnya.
Thong mungkin terlihat seksi, tapi ketika dipakai untuk jangka panjang bisa berisiko buat kesehatan seperti wasir. Dr Ghofrany meyakinkan kita bahwa tali tak akan menyebabkan wasir, tetapi bisa memperburuk. "Jika thong naik ke atas, dapat mengiritasi rektum dan selanjutnya mengobarkan wasir, " katanya.
Celana thong awalnya dikembangkan pada 1939 oleh mantan Walikota New York Guardia Fiorello sebagai cara bagi penari telanjang untuk menutupi sedikit dengan pakaian dalam bertali.
(Mel/*)