Selain pengobatan medis, masih banyak masyarakat yang memanfaatkan jamu sebagai obat. Minuman yang menggunakan bahan tanaman tradisional ini ternyata tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat medis.
Hal ini karena menurut Kepala Unit Pengobatan Integratif Rumah Sakit Darmais, dr. Aldrin Nelwan, Sp.AK. MARS. M.Kes,. M.Biomed akan meninbulkan interaksi atau reaksi negatif jika dikonsumsi bersamaan.
"Interaksi tersebut bisa menguatkan atau justru meniadakan manfaat baik dari obat tradisional atau pun medis. Dan itu sebaiknya jangan dikonsumsi bersamaan," kata dr. Aldrin menjelaskan saat diwawancarai Liputan6.com, Jumat (8/11/2013).
Advertisement
Interaksi tersebut memengaruhi penyerapan, distribusi atau penyebaran dalam tubuh, metabolisme tubuh dan efek obatnya.
Tingkat keparahan interaksi menurut dr. Aldrin terdiri dari tiga yaitu mayor, moderat dan minor. Tingkat mayor merupakan yang paling berbahaya karena dapat berisiko kematian.
"Keparahan interaksi mayor menyebabkan kematian dan minor tidak menyebabkan masalah dan dapat diatasi dengan baik. Namun tetap tidak dianjurkan diminum secara bersamaan," kata dr. Aldrin.
Interaksi akan berlangsung secara cepat dan lambat tergantung tubuh dan efek jamu serta obat. Interaksi cepat terjadi dalam 24 jam pertama sedangkan lambat terlihat dalam beberapa hari sampai mingguan.
Lokasi interaksi terjadi di antaranya di saluran pencernaan, hati dan ginjal. Dr. Aldrin juga menambahkan tidak hanya jamu dengan obat bahkan jamu dengan jamu juga ada yang tidak dianjurkan dikonsumsi bersamaan.
"Misalnya daun jati yang dikonsumsi dengan daun teh maka khasiat keduanya tidak akan keluar justru hilang, karena daun jati cina bersifat laksansia (melancarkan buang air) sedangkan teh ada zat tanin yang sifatnya kebalikan dari jati cina," kata dr. Aldrin.
Dr. Aldrin mengatakan sebaiknya jika ingin mengonsumsi jamu atau obat diberikan jarak waktu. "Kalau memang diharuskan obat dengan jamu sebaiknya minimal 3 jam jarak waktunya," katanya.
(Mia/Abd)